KELAS BERKELANJUTAN 3: KEPALA DESA CILIK PELOPOR DESA BERKELANJUTAN
Suasana pagi di SMPN 1 Hulu Kuantan, Desa sampurago, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, selepas ujian semester terlihat lebih ceria dan penuh semangat. Dengan senyum ceria di wajah, sebagian besar siswa terlibat aktif dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Mereka menyapu halaman, merapikan taman, serta memungut dan membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan ini mencerminkan rasa tanggung jawab bersama untuk menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.
Sementara itu, di ruang laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), suasana berbeda terlihat. Beberapa anggota OSIS berkumpul dengan antusias untuk mengikuti sesi pembelajaran khusus tentang “Desa Berkelanjutan.” Program ini merupakan bagian dari inisiatif pemerintah yang bertujuan membangun desa yang ramah lingkungan, inklusif, dan mampu menghadapi tantangan global. Materi yang disampaikan mencakup konsep keberlanjutan yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat memahami pentingnya peran mereka dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Manfaat yang dapat dipetik siswa dari kelas ini adalah mereka akan mengenal lebih dalam profil desanya, membiasakan partisipasi yang bermakna, serta melatih keterampilan berpikir sistematis, kritis, dan metodis. Pembelajaran kontekstual mengangkat problematika di sekitar sekolah sehingga memungkinkan anak-anak terpapar dengan isu-isu yang terjadi di desa. Pada pembelajaran kali ini, siswa berkunjung ke kantor desa Lubuk Ambacang dan bermain peran menjadi perangkat desa.
Sebelum kelas dimulai, kakak-kakak dari WWF-Indonesia (WWF), Save the Children, dan siswa-siswa menyusun kontrak kerja secara partisipatif. Dari proses tersebut, dan mengingat kegiatan ini adalah pertemuan lanjutan, terlihat sebagian siswa sudah memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat dan bersepakat dengan poin-poin yang diajukan. Selain itu, kakak WWF juga menjelaskan beberapa metode seperti pohon masalah dan rubrik rancangan aktivitas berkelanjutan untuk mengidentifikasi isu sosial, ekonomi, dan lingkungan beserta solusinya. Aktivitas ini dikerjakan secara berkelompok sehingga siswa dapat berdiskusi tentang permasalahan berkelanjutan di desa dan merumuskan solusinya.
Sebagai aktivitas pertama, siswa mendapatkan paparan dari Kepala Desa Lubuk Ambacang, Kuantan Singingi, Bapak Iid Siswandi. Beliau menjelaskan tentang profil desa; struktur, tugas, dan fungsi pemerintah desa; serta bentuk partisipasi masyarakat di desa. Pada kesempatan langka ini, siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada Bapak Kepala Desa seperti karakter yang harus dimiliki kepala desa, kendala memimpin desa, masa jabatan kepala desa, hingga aliran dana desa. Dari sini, terlihat antusiasme dan rasa ingin tahu siswa terhadap desanya. Di sela-sela kegiatan, Bapak Kepala Desa berpesan agar anak-anak rajin belajar, menambah pengetahuan budaya lokal, dan menghargai guru sehingga tumbuh menjadi anak yang cerdas, berbudaya, dan berkarakter baik.
Pada aktivitas kedua, siswa dibagi menjadi tiga kelompok dan diarahkan untuk memetakan isu keberlanjutan di desa dengan menggunakan pohon masalah. Media yang biasa digunakan oleh fasilitator desa terdiri dari masalah utama yang terletak pada batang, akar masalah pada akar pohon, dan dampak masalah pada bagian atas pohon. Untuk mengisinya, siswa dapat memulai dari bagian batang sebagai masalah utama, kemudian beralih ke akar masalah dan dampaknya. Dalam proses pemetaan, anak-anak masih terlihat kesulitan, namun mereka tetap menyelesaikan tugasnya dibimbing oleh guru-guru yang telah mendapatkan pelatihan Education for Sustainable Development (ESD). Kelompok yang mengkaji isu sosial mengangkat tema putus sekolah. Siswa menyoroti bahwa akar masalah dari putus sekolah adalah faktor ekonomi, kurangnya motivasi belajar, kecanduan permainan daring, dan masalah kesehatan mental. Sementara itu, pada bagian dampak putus sekolah, siswa menuliskan pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan. Dari proses ini, anak-anak dilatih untuk berpikir sistematis dan kritis.
Pada aktivitas ketiga, siswa menentukan target lingkungan, sosial, dan ekonomi desa serta menganalisis kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai target dan mengatasi permasalahan. Kelompok lingkungan memiliki target menjadikan sungai bersih, lingkungan hijau, dan memperlambat pemanasan global. Untuk itu, aktivitas yang disusun adalah memberantas penambangan emas ilegal, melakukan reboisasi, dan mengurangi sampah plastik. Melibatkan siswa dalam memikirkan isu yang terjadi di desa akan mendorong mereka mencari solusi.
Di akhir kegiatan, kepala desa cilik dan sekretaris desa cilik beserta warga desa cilik menentukan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan. Perangkat desa dipilih dengan cara undian. Selama kegiatan bermain peran, siswa terlihat ceria. Rizki, kepala desa cilik, mengungkapkan dengan malu-malu bahwa pembelajarannya seru dan membuatnya belajar berani berbicara. Senada dengan Rizki, Sifa merasa senang bisa belajar di luar kelas dan mengenal desanya lebih dalam.
Salah satu aspek penting dalam membangun desa berkelanjutan adalah partisipasi masyarakat. Siswa yang dibiasakan terlibat dalam kegiatan sekolah atau masyarakat akan terlatih dalam mengutarakan gagasan dan bekerja dalam kelompok. Harapannya, kelak generasi muda di desa Lubuk Ambacang dapat melejitkan pembangunan desa yang berkeadilan.