KELOMPOK JEJARING PENYU LESTARI DI KEI KECIL BELAJAR MEMBUAT KEBUN BIBIT RUMPUT LAUT
Oleh: Ainun Silvia (Fisheries Science Assistant for Inner Banda Arc Subseascape, WWF Indonesia)
Dari banyaknya potensi yang tersimpan di Maluku Tenggara, rumput laut adalah salah satunya. Kualitas air yang baik dan arus yang ramah – adalah beberapa hal yang membuat rumput laut di kabupaten ini berkembang. Namun, naik turunnya harga jual rumput laut Kappaphycus alvarezii, yang umum disebut kotoni, membuat pembudidaya di Kepulauan Kei Kecil, Maluku Tenggara, kempas kempis untuk terus berproduksi.
Penyakit yang tidak pernah absen menyerang adalah bercak putih atau ice-ice. Belakangan, para pembudidaya yang tergabung dalam kelompok jejaring Penyu Lestari juga menemukan hama pasir, hama menyerupai pasir yang menempel pada rumput laut.
Kabar gembiranya, hasil penelitian WWF-Indonesia pada Juni 2016 lalu di perairan Pulau Nai, Kei Kecil, memperkenalkan bibit rumput laut kotoni hasil kultur jaringan. Bibit ini terbukti memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap hama, penyakit, bahkan cuaca ekstrem.
Bibit kultur jaringan didapat dengan mengambil bagian rumput laut dengan pertumbuhan yang cepat, kemudian diperbanyak dalam laboratorium. Perbandingan kualitas ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan rumput laut kotoni lokal.
Pulau Nai di gugus Kepulauan Kei terletak paling dekat dengan zona inti kawasan konservasi Taman Pulau Kecil (TPK) Kei Kecil. Penelitian di pulau ini juga menetapkan awal hingga pertengahan tahun sebagai musim terbaik untuk budidaya rumput laut, karena kondisi perairan yang cenderung hangat. Arus yang sedikit lebih kuat dibanding musim kemarau pun membantu pembersihan alami kotoran yang menempel baik pada tali atau makroalga tersebut.
WWF-Indonesia menindaklanjuti penelitian tersebut dengan menggelar pelatihan pembuatan kebun bibit rumput laut kultur jaringan untuk kelompok pembudidaya rumput laut jejaring Penyu Lestari. Jejaring Penyu Lestari menaungi 8 kelompok pembudidaya yang berada di Pulau Nai dan Pulau Hoat. Masing-masing kelompok pembudidaya memiliki 9 - 11 anggota, dengan tambak-tambak rumput laut yang tersebar di berbagai sisi kedua pulau ini.
Berlangsung pada 16-17 Februari 2017 lalu, pelatihan membuat kebun bibit rumput laut ini menghadirkan Bapak Haryono dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon sebagai pemateri. Antusiasme kelompok terlihat ketika memasuki sesi diskusi mengenai teknis pengelolaan kebun bibit dan cara mengantisipasi serangan hama dan penyakit.
Hari itu, kami juga membagikan bibit kultur jaringan yang didatangkan dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, mengingat produksi bibit rumput laut kultur jaringan di Indonesia bagian timur masih sulit didapat dari Balai Budidaya terdekat seperti Tual atau Ambon.
Bibit yang telah dibagi ke delapan kelompok, dipotong dengan pisau tajam untuk menghindari kerusakan, dan ditimbang seberat 100 gram untuk diikat per masing-masing rumpun. Seluruh pembudidaya duduk bersama sambil dalam suasana yang cair, sambil tangan-tangan mereka tak henti mengikat bibit-bibit ini –yang kemudian akan mereka tanam di lokasi kelompok masing-masing. Harapannya, bibit ini dapat terus diperbanyak sebagai stok bibit varietas unggul yang memungkinkan praktik budidaya berlangsung sepanjang tahun.
Pada hari kedua pelatihan, pembudidaya dibekali dengan materi Better Management Practice (BMP) atau Panduan Budidaya yang Baik. Kami menyegarkan kembali ingatan pembudidaya dalam menerapkan prinsip BMP, yang sebenarnya telah mereka lakukan sehari-harinya.
Pondasi internal kelompok pun dikuatkan agar semangat mereka kembali bangkit. Agar mereka dapat menularkan optimism yang sama bagi rekan nelayan yang sebagian telah beralih profesi dan meninggalkan tali-tali ris tanpa ditanami bibit kotoni.
Langit dua hari itu cerah sekali. Terik matahari mengantar kami kembali ke kota, membawa banyak pekerjaan rumah untuk selanjutnya ditindaklanjuti bersama dengan semua pihak; Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dinas Perikanan, dan Penyuluh Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara. Untuk melakukan pendampingan, pemantauan, dan evaluasi lanjutan kepada kelompok jejaring dampingan WWF-Indonesia ini – Penyu Lestari.