MEMPELAJARI POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI HUTAN KOTA SANGGA BUANA BERSAMA PANDA MOBILE
Oleh: Sani Firmansyah
Menyambut perayaan Earth Hour 2017 yang merupakan perayaan ke-10 di dunia, Panda Mobile WWF-Indonesia melakukan edukasi lingkungan hidup bersama SHARP dalam acara SHARP Greenerator Angkatan II pada Rabu (22/03). Kegiatan yang bertempat di Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Pesanggrahan, Jakarta Selatan ini dibuka dengan kisah inspiratif oleh H. Chaerudin, selaku inisiator sekaligus pengelola Hutan Kota Sangga Buana
H. Chaerudin bercerita tentang upaya yang dilakukannya dan tim Sangga Buana untuk membersihkan aliran Sungai Pesanggrahan di Jakarta Selatan dari tumpukan sampah. “Kenapa gue mau beresin Kali Pesanggrahan ini awalnya cuma karena prihatin, marah, jengkel, kesel, sama kondisi lingkungan waktu itu. Banyak banget sampahnya. Gue berpikir kalau sungai rusak, pasti hutannya juga rusak. Akibatnya manusia sengsara. Gue kagak mau kaya begitu,” ujar pria yang akrab dipanggil Babe Idin ini. Upaya yang dilakukan Babe Idin terasa manfaatnya saat ini karena masyarakat sekitar dapat menghasilkan nilai ekonomi dengan memanfaatkannya untuk pengelolaan sampah, hutan, dan sungainya untuk memancing, serta lokasi beternak.
Hal senada juga diutarakan oleh Primayunta, Supporter Engagement Coordinator WWF-Indonesia, “Seperti yang dikatakan Babe Idin, jika hutan dan sungai rusak, dampaknya tidak hanya manusia yang merasakan. Keanekaragaman hayati akan terganggu sehingga rantai kehidupan akan berjalan secara tidak seimbang. Selain itu, ternyata dari alam ini kita dapat memanfaatkan juga untuk dijadikan energi terbarukan.”
Acara dilanjutkan dengan menyusuri aliran Sungai Pesanggrahan. Sambil menyusuri aliran sungai, para peserta diajak untuk memungut sampah anorganik untuk nantinya diolah dan dimanfaatkan menjadi energi terbarukan di tempat pengelolaan sampah yang ada di tengah hutan kota tersebut. Di tengah perjalanan, para peserta diajak untuk melakukan “sedekah alam”. Mereka bersama-sama melakukan penanaman pohon di sekitar aliran sungai dan melepaskan benih ikan ke Sungai Pesanggrahan. “Hal ini harus dilakukan karena alam sudah baik kepada kita. Sudah seharusnya kita berbuat baik kembali dengan “sedekah alam”. Nantinya akan kembali lagi manfaatnya kepada kita,” ujar Ario, pengelola Hutan Sangga Buana.
Para peserta juga diajak untuk mengunjungi tempat pengelolaan sampah. Hampir 20 ton sampah dikirim ke TPA ini. Para pengelola memanfaatkan tumpukan sampah tersebut untuk dijadikan energi. Prosesnya dimulai dengan pemilahan sampah yang kemudian diproses sehingga dapat menghasilkan biofuel untuk menyalakan penerangan warga di sekitar Kali Pesanggrahan.
Selanjutnya peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk mempelajari tentang kondisi air Kali Pesanggrahan dan mencoba alat peraga energi terbarukan. Kelompok yang berada di Pos Air diajak untuk mengambil sampel air sungai dan mata air yang tersedia di hutan kota tersebut. Salah satu peserta bertanya cara mengetahui ciri-ciri air yang layak dikonsumsi. “Caranya mudah sekali. Yang perlu dilakukan adalah dilihat airnya harus jernih, tidak beraroma dan tidak berasa. Selebihnya kita dapat melakukan pengujian lebih lanjut di laboratorium,” jawab Agus Haryanto, Water Specialist WWF-Indonesia. Tidak hanya melihat air, para peserta diajak untuk menguji kualitas air dengan menggunakan pH meter dan mikroskop.
Kelompok kedua yang berada di Pos Energi diperkenalkan pada tiga alat peraga yang memanfaatkan energi matahari, larutan garam, dan air tawar untuk diubah menjadi energi listrik. “Kak, mengapa dari garam bisa menjadi energi listrik?” tanya Fatimah, peserta SHARP Greenerator. “Dengan proses ionisasi, energi listrik dapat dihasilkan. Prisipnya seperti baterai yang ada di mobil atau motor dimana terdapat lempengan tembaga dan seng yang bereaksi karena adanya reaksi dari karbon dengan air garam sehingga menghasilkan listrik dengan arus DC,” jawab Saipul Siagian Frontliner Trainer WWF-Indonesia.
Di akhir kegiatan, peserta diajak untuk mendiskusikan dan mempresentasikan hasil pengamatannya. “Gue kagak mau informasinya berhenti di sini. Semuanya harus nerusin pelajaran apa yang didapet ke semua temen sambil menularkan mental Jawara Lingkungan,” tutur Babe di akhir sesi presentasi.
Para peserta SHARP Greenerator sangat terkesan dengan keberadaan Hutan Kota Sangga Buana dan aktivitas yang ada di dalamnya. “Siapa sangka ternyata masih ada hutan di tengah kota metropolitan Jakarta ini. Lalu di sini juga bisa menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan sampah,” ujar Anto, peserta SHARP Greenerator.
Pihak dari SHARP juga berharap supaya kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan. “Tujuan pembelajaran kali ini kepada para peserta SHARP Greenerator angkatan II agar mereka dapat memahami berbagai energi terbarukan. Harapannya, dari pembelajaran bersama WWF-Indonesia ini seluruh peserta dapat mendukung upaya untuk meminimalisir dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi,” tutur Mr. Sano, General Manager SHARP Indonesia.