MENJELAJAHI BELANTARA SUMATERA MELALUI KECANGGIHAN TEKNOLOGI
Oleh: Natalia Trita Agnika
Salah seorang pengunjung ArtScience Museum Singapura tampak berdecak kagum saat mengamati rimbunnya belantara Sumatera. Nafasnya tertahan tatkala sesosok harimau Sumatera menatapnya sambil mengaum. Lalu tiba-tiba harimau itu menghilang di antara hijaunya pepohonan. Pertemuan dengan satwa kharismatik tersebut membuatnya bahagia. Namun perasaan bahagia dan kagum langsung berubah menjadi kekhawatiran ketika hutan yang dikunjunginya terbakar hebat. Ia pun berusaha memadamkan api, layaknya seorang ranger.
Pengalaman berkesan di ArtScience Museum Singapura tersebut merupakan gambaran kondisi hutan Sumatera dan berbagai ancaman yang dihadapinya. Sunarto, Ekolog Satwa liar WWF-Indonesia yang turut memberi masukan dalam proses pembuatan hutan dan satwa virtual, serta sempat beberapa kali mencoba augmented reality yang dihadirkan di ArtScience Museum tampak sangat menikmati dan kagum dengan hasil kerja tim multi-bidang tersebut. “Sebagai sebuah teknologi yang baru diperkenalkan ke publik, suasana hutan tropis dan gerak-gerik satwa yang dihadirkan sudah sangat baik dan membuat saya dapat benar-benar langsung merasakan seakan berada di tengah belantara hutan Sumatera,” ujarnya seusai menikmati petualangan menjelajah hutan virtual.
Sunarto menambahkan “Konservasi satwa dan hutan selama ini kurang maksimal karena banyak masyarakat yang belum paham tentang kondisi hutan dan satwa kita. Pameran ini memungkinkan lebih banyak orang untuk merasakan dan memahami kondisi hutan dan satwa akhir-akhir ini banyak mengalami tekanan dan ancaman. Dan yang terpenting, setelah menikmati petualangan virtual, pengunjung akan mendapat kesempatan untuk turut terlibat aktif di dunia nyata dan menyatakan dukungannya untuk merestorasi lahan yang gundul atau rusak.”
Hutan Rimbang Baling merupakan salah satu habitat penting bagi harimau di Sumatera yang selama ini luput dari perhatian. Kawasan ini merupakan tempat berbiak yang ideal bagi harimau. Selain itu, karena posisinya yang strategis di perbatasan Riau dan Sumatera Barat, tepat di jantung Sumatera, Rimbang Baling juga berfungsi sebagai penghubung beberapa bentang alam harimau lainnya di Sumatera. Kerusakan habitat harimau di Rimbang Baling juga berarti terputusnya kesinambungan antara bentang alam harimau Kerinci-Seblat dengan Rimbo Panti. Bentang alam seluas sekitar 500.000 hektare ini juga menjadi bagian kunci untuk konservasi beragam jenis flora-fauna lainnya, serta memiliki nilai penting baik bagi masyarakat lokal sebagai sumber penghidupan dan bagi masyarakat regional sebagai penjaga kestabilan iklim, penjamin suplai oksigen, maupun penyedia jasa lingkungan lainnya.
Mulai 11 Februari 2017, pengunjung ArtScience Museum Singapura dapat merasakan sensasi menjelajahi belantara Sumatera melalui kecanggihan teknologi interaktif bertajuk Into the Wild: An Immersive Virtual Adventure. Sebuah kolaborasi antara WWF, Google, Lenovo, dan seniman Singapura, Brian Gothong Tan, bekerja sama dengan Panasonic dan Qualcomm, ruang publik di ArtScience Museum disulap menjadi hutan hujan tropis virtual.
Selain memungkinkan pengunjung untuk merasakan sensasi menjelajahi belantara Sumatera, pengalaman virtual ini dapat berubah menjadi aksi nyata ketika pengunjung turut ambil bagian dalam melakukan penanaman di hutan Sumatera. Untuk setiap pohon yang ditanam secara virtual melalui MyBabyTree di venue Into the Wild: An Immersive Virtual Adventure, sebuah pohon asli juga akan ditanam di Bentang Alam Rimbang Baling, Sumatera, Indonesia.
Dalam konferensi pers yang berlangsung pada Kamis (09/02), Honor Harger, Executive Director ArtScience Museum mengatakan, “Into the Wild didorong oleh komitmen bersama yang sangat mendalam untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dengan menggabungkan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta alam, Into the Wild melampaui dunia maya dan membuat dampak yang signifikan di dunia nyata.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Elaine Tan, CEO WWF-Singapura. “Di masa ketika deforestasi merajalela, Into the Wild mengirimkan panggilan penting konservasi untuk pertumbuhan dan pembaharuan lingkungan alam kita. Hanya dengan kolaborasi kita dapat membuat efek perubahan positif, mengembalikan keanekaragaman hayati hutan hujan tropis, melindungi habitat harimau dan mengubah kehidupan masyarakat dan jutaan orang di seluruh Sumatera Barat dan Riau,” jelasnya.
Selama pekan pembukaan Into the Wild, ArtScienceMuseum akan mengadakan talkshow bertajuk “Open Wide Wilderness” pada Sabtu (11/02) pukul 14.00 waktu setempat. Pembicara yang dijadwalkan hadir dalam talkshow tersebut adalah Brian Gothong Tan (artis dan pembuat film), Kevin Teng (Executive Director of Sustainability, Marina Bay Sands), dan Sunarto (Ekolog Satwa dan Lanskap WWF-Indonesia). Into the Wild tersedia secara gratis untuk pengunjung ArtScience Museum Singapura.
Anda juga dapat turut menanam pohon secara virtual dan memilih lokasi penanamannya sendiri melalui laman wwf.id/mybabytree.