PANDA MOBILE AJAK MASYARAKAT BIJAK MENGGUNAKAN AIR
“Berapa liter air yang digunakan dalam satu kali menyiram toilet (flush)?”
“Hmm 1.5 liter atau 2 liter?”
Sang fasilitator pun tersenyum, “Satu kali flush toilet membutuhkan lebih dari 25 liter air!”
Sabtu, 21 September 2019, Raisha Safira, mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jakarta mendatangi booth Panda Mobile WWF-Indonesia di pusat perbelanjaan Central Park Mall. Ia tertarik mengamati giant tiger papier mache yang dipajang di tempat itu. Patung harimau setinggi 1,5 meter tersebut adalah bagian dari atribut yang dibawa WWF-Indonesia untuk mencuri perhatian pengunjung mall agar mau mampir dan mendengarkan pesan konservasi.
Hari itu, Panda Mobile WWF-Indonesia dan HSBC memang sedang melakukan kegiatan untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan air secara bijak atau Water Wise Games. Untuk menarik pengunjung lebih banyak, tim tidak hanya memajang giant tiger papier mache, tapi juga menayangkan video singkat tentang konservasi alam Indonesia di TV plasma. Booth ini juga dilengkapi alat-alat uji air mulai dari pH meter, mikroskop, hingga perlengkapan games interaktif.
Strategi tim untuk menarik pengunjung terbukti berhasil! Raisha dan pengunjung lainnya yang sudah masuk ke dalam booth lalu mendengarkan penjelasan singkat mengenai air yang ada di dunia. Bumi ini disebut “planet biru” karena sebagian besar permukaannya tertutup oleh air. Namun, sekitar 97 persen air yang ada di dunia merupakan air asin di laut. Sementara, dua persen lainnya berupa es atau gletser. Adapun jumlah air tawar hanya satu persen dari keseluruhan air yang ada di muka bumi.
Tim Panda Mobile lalu menjelaskan bahwa air tawar merupakan kebutuhan esensial bagi seluruh makhluk hidup. Manusia sendiri membutuhkan air tawar untuk minum dan melakukan aktivitas harian, mulai dari memasak, mencuci, mandi, dan lain sebagainya. Ternyata air yang bisa dimanfaatkan manusia itu jumlahnya sangat sedikit, dan mengalami penurunan kualitas. Ironisnya lagi, air tawar diramalkan bakal habis dalam beberapa tahun mendatang.
Selanjutnya, pengunjung yang datang ke booth Water Wise Games diajak menguji kualitas dari sampel air yang dibawa di laboratorium mini dengan menggunakan mikroskop dan alat lainnya. Raisha pun ikut menguji sampel air yang disediakan fasilitator. Ia dan pengunjung lain melakukan pengamatan air dan terkejut ketika melihat betapa banyak bakteri dalam satu tetes air yang tercemar.
Di sela pengamatan bakteri, tim Panda Mobile menyelipkan pesan edukasi kepada pengunjung agar selalu menghemat air. “Kalau sedang tidak pakai air, maka sebaiknya kerannya dimatikan dulu. Kalau air habis, wah, bisa-bisa kita harus mandi dan minum pakai air penuh bakteri seperti ini,” jelas Fara dari tim Panda Mobile.
Dari pengalaman tersebut, Raisha menyadari bahwa kondisi air di dunia sudah memprihatinkan. “Jadi, konservasi air itu penting. Pemanfaatan air harus dilakukan dengan bijak, terutama di musim kemarau,” ujar Raisha.
Usai sesi pengujian air, tim Panda Mobile mengajak pengunjung bermain tebak-tebakan “Air Tersembunyi”. Fasilitator mengeluarkan papan yang terdapat gambar satu butir telur, satu kilogram jagung, toilet duduk dengan flush, serta mobil yang sedang dicuci menggunakan selang rumahan dan dicuci dengan jasa car wash. “Berapa liter air yang dibutuhkan untuk memproduksi atau melakukan masing-masing kegiatan dalam gambar?” demikian pertanyaan yang dilontarkan tim Panda Mobile. Raisha pun mencoba menerka. “Pasti tidak lebih dari satu liter saja kan untuk menghasilkan satu butir telur? Satu kali flush toilet saya rasa akan menghabiskan 1,5 liter saja kan? Atau 2 liter?” tebak Raisha.
Fasilitator pun tersenyum mendengar jawaban Raisha. Dia membuka satu persatu angka di balik gambar-gambar tersebut. Raisha terdiam, kaget, tidak percaya. Bagaimana tidak, untuk memproduksi satu butir telur ternyata dibutuhkan sekitar 200 liter air. Sementara untuk satu kali flush toilet membutuhkan lebih dari 25 liter air!
Jadi, bayangkan betapa banyak air yang kita habiskan setiap hari. Air ini dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan untuk bertahan hidup. Padahal, jumlah air di dunia sangat terbatas.
Kini, pandangan Raisha mengenai kondisi alam dan gaya hidup ramah lingkungan telah berubah setelah berkegiatan di booth Water Wise WWF-Indonesia. “Ternyata, air yang sangat kita butuhkan, yang disangka akan selalu ada, sekarang di ambang kepunahan. Kita semua bisa berkontribusi untuk menyelamatkan air dan kehidupan, bukan hanya pegiat lingkungan saja. Kita semua bisa mulai dari hal kecil, dari diri sendiri,” pungkas Raisha dengan semangat.
Kisah Raisha adalah satu dari sekian banyak kegiatan yang dilakukan tim Panda Mobile di penghujung 2019. Pada akhir tahun lalu, Panda Mobile WWF-Indonesia juga giat mengunjungi sekolah-sekolah untuk melakukan diskusi terkait penggunaan air dengan bijak, dan edukasi konservasi lingkungan lainnya. Sejak September hingga Desember 2019, edukasi terkait air dilakukan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Bango, RPTRA Akasia Tebet, Sekolah Little Sunshine, SD Tanjung Duren 01 Pagi, bahkan di Sungai Ciliwung langsung. Kegiatan yang dilakukan mulai dari laboratorium mini, mendongeng, menonton film pendek bermuatan edukasi tentang air seperti Banyu Biru, dan mewarnai. Selain itu, tim Panda Mobile WWF-Indonesia juga melakukan aksi bersih-bersih Ciliwung dalam rangka memeringati Hari Sungai Sedunia 2019 bersama HSBC, Sekolah Master, dan Komunitas Ciliwung Depok.
Bicara tentang air tentu erat kaitannya dengan laut dan ekosistem yang ada di dalamnya. Maka, selain edukasi konservasi air, tim Panda Mobile juga menyampaikan materi tentang laut kepada masyarakat, khususnya pelajar. Saat berkunjung ke TK Domba Kecil, tim Panda Mobile mengajak siswa-siswi mengikuti permainan engklek penyu yang menyenangkan. Sementara itu, media yang digunakan untuk menyampaikan materi pada kelompok peserta yang lebih besar berbeda bentuknya. Ketika tim Panda Mobile menyampaikan pesan konservasi di acara pentas seni di SMAN 71 Jakarta pada September lalu, peserta diajak “menyelam” ke dalam laut dengan Virtual Reality (VR). “Seperti sedang diving sungguhan ya kak!” kata Farhan, salah seorang siswa SMAN 71 Jakarta yang mengikuti kegiatan tersebut.
Meski edukasi tentang pentingnya laut bagi kehidupan cukup gencar, tapi kita tetap menemukan berbagai fakta yang membuat miris. Saat ini, laut kita sudah terkotori akibat ulah manusia. Salah satu pencemar laut adalah sampah yang datang dari daratan, mengalir ke sungai dan berakhir di laut. Maka, hal ini menjadi narasi yang kerap dibawa Panda Mobile dalam berkegiatan di sekolah maupun area publik. Edukasi mengenai sampah dan keaneragaman hayati yang ada di darat disampaikan dalam dongeng, menonton video pendek di dalam truk edukasi Panda Mobile, games interaktif, mewarnai, diskusi, dan mendaur ulang barang bekas. Tim Panda Mobile membawa materi ini pada kunjungan edukasi ke KB Avicenna Pamulang, TK Twinkle Star Cilandak, Taman Kreativitas Anak Indonesia Cipete, Sekolah Raudhatul Atfal Istiqlal, SDK Penabuk 11 Jakarta, SD Gemala Ananda, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, TK Asy-Syafana BSD, TK Tunas Bangsa Greenville, SD dan SMP Bright School Jakarta Selatan, Kinderfield School Sunter, Kelompok Bermain (Kober) dan TK Al-Ikhlas Bogor pada akhir 2019.
Selama rangkaian kegiatan Panda Mobile di akhir 2019 lalu, sejumlah sekolah menyerahkan donasi yang akan dialokasikan untuk program-program WWF-Indonesia seperti Turtle Hope, My Baby Tree, WWF Warrior, Nature Guardian, Tiger Papier Mache, dan Gurano Bintang. Semoga dukungan dari semua sekolah bisa membantu upaya pelestarian alam Indonesia. Dengan menanamkan kesadaran lingkungan pada anak usia dini, WWF-Indonesia berharap setiap siswa dan masyarakat umum dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan di masa sekarang dan masa yang akan datang.