PENINGKATAN PRAKTEK PENANGKAPAN DAN PENANGANAN PERIKANAN KERAPU-KAKAP DI KOTA PROBOLINGGO
Oleh : Fransiska Sonya Puspita (Capture Fisheries Assistant)
Harapan agar nelayan dapat menerapkan praktik perikanan karang yang ramah lingkungan disampaikan oleh Ir. Fitriawati, M.M, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Kota Probolinggo, seusai pelatihan BMP (Better Management Practices) untuk komoditas Kerapu - Kakap. Pelatihan BMP yang dilakukan pada tanggal 17 Februari kemarin di Balai Pos Penyuluh Kota Probolinggo turut dihadiri oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo sebagai pengelola perikanan, Penyuluh Perikanan Probolinggo sebagai pendamping teknis dan 20 orang peserta dari Koperasi Nelayan Timur Jaya.
Perikanan karang selain dikenal sebagai salah satu sektor dengan produktivitas tinggi juga memiliki harga jual yang relatif lebih mahal mencapai Rp. 70.000 – Rp 85.000/kg. Buktinya, pada Tahun 2013, sebanyak 113.368 ton ikan karang tertangkap dengan jenis komoditas yang paling banyak dimanfaatkan oleh para nelayan ialah ikan kerapu dan kakap. Menurut salah satu nelayan di Probolinggo, mencari ikan kerapu dan kakap di laut masih menjadi pekerjaan utama bagi sebagian masyarakat yang tinggal di pesisir Kota Probolinggo. Walaupun selain menangkap ikan kerapu dan ikan kakap, nelayan juga menangkap cumi, dorang dan barakuda. Hal ini membuat kerapu dan kakap menjadi komoditas dengan tingkat penangkapan yang tinggi. Namun, penangkapan ikan yang belum layak tangkap serta cara tangkap yang merusak menjadi permasalahan yang dapat mengancam ketersediaan sumber daya ikan di laut. Sehingga pengelolaan yang tepat perlu dilakukan agar ketersediaan ikan karang tidak mengalami kepunahan.
WWF-Indonesia berkomitmen untuk mendukung dan mendampingi masyarakat dalam melakukan praktik penangkapan dan penanganan perikanan untuk terus meningkatkan produksi seafood yang bertanggung jawab. Melalui pelatihan tersebut nelayan diberikan pemahaman dalam melakukan praktik perikanan ramah lingkungan. Faridz Rizal Fachri, Capture Fisheries Officer WWF-Indonesia, memberikan materi mengenai praktik penangkapan melalui tayangan video. Sedangkan materi mengenai teknik penanganan paska tangkap diberikan oleh Jenny Lukitasari, Fish ‘n Blues. Setelah materi diberikan, nelayan diajak untuk melakukan simulasi penangkapan melalui permainan dan latihan mengisi logbook penangkapan sesuai dengan studi kasus yang disediakan. Nelayan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan dan sebagian besar memahami materi terutama dalam pengisian logbook tangkapan.Saat pelatihan berlangsung, nelayan diminta untuk mengerjakan pre-test mengenai teknik penangkapan dan penanganan ikan karang yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan wawasan nelayan terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Peserta juga diberikan pemahaman terkait aktivitas yang dilakukan oleh JARNUS (Jaringan Kerja Perikanan Bertanggung Jawab Nusantara) dan Fish ‘n Blues dalam melaksanakan praktik perikanan bertanggung jawab sebagai bentuk pemahaman dan maksud tujuan pendampingan di Probolinggo.
Selanjutnya di akhir kegiatan, nelayan kembali mengerjakan soal yang sama pada sesi post-test. Hasil perhitungan nilai dari soal yang diberikan diketahui jika pemahaman nelayan mengalami peningkatan sebesar 16%. Peningkatan ini dirasa cukup baik, menunjukkan bahwa nelayan sudah mulai memahami konsep perikanan ramah lingkungan. Hal yang kemudian harus secepatnya dilakukan adalah dilakukannya pendampingan agar praktik perikanan yang berkelanjutan dapat terus dilakukan serta didukung oleh semua pihak.
“Semoga dengan adanya pelatihan ini, pendapatan nelayan dapat meningkatkan melalui pasar seafood yang ramah lingkungan”, ujar Jenny, Fish ‘n Blues