SELAYANG PANDANG SELAYAR, DIMANA PENYU MASIH DIANGGAP HAMA
Oleh: Sanny Tri Utami (Bycatch & Sharks Conservation Assistant, WWF-Indonesia)
Dimulainya program WWF-Indonesia di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan berawal dari survei bycatch biota pada alat tangkap jaring dan pancing di bentang laut Southern-Eastern Sulawesi (SESS) tahun 2015. Dari survei tersebut, ditemukan bahwa Selayar adalah salah satu daerah dengan potensi bycatch biota Endangered, Threatened, Protected (ETP) yang tinggi.
Mengawali tahun 2017, survei lanjutan pun dilakukan untuk mengetahui karakteristik perikanan dan nilai potensi bycatch biota Endangered, Threatened, Protected (ETP) di Kabupaten Kepulauan Selayar. Kepulauan Selayar adalah komposisi gugus 130 pulau dengan perairan yang mencapai luas total 10.504 km².
Terletak di selatan Tanjung Bira, Makassar, perjalanan menuju Selayar dapat ditempuh dengan kapal ferry dari Bira atau pesawat dari Makassar menuju Benteng, ibukota kabupaten di Pulau Selayar, pulau terbesar di Kepulauan Selayar.
Selayar diapit oleh Selat Makassar di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah timur. Karena bentuknya yang memanjang dari utara ke selatan, nelayan selayar umumnya dapat melaut beberapa kali dalam sehari karena lokasi penangkapan yang dekat, di sekitar desa mereka.
Mereka hampir bisa melaut sepanjang tahun. Saat musim timur, nelayan bisa melaut jauh ke perairan barat. Sebaliknya, begitu memasuki musim barat, mereka dapat melaut di sekitaran perairan dangkal bagian timur yang cukup terlindung dari hempasan angin kencang.
Alat penangkapan ikan (API) yang banyak digunakan oleh nelayan Selayar adalah jaring, rawai, dan pancing ulur. Terutama API jaring insang (gill net) dan rawai (longline),yang memiliki potensi tinggi tertangkapnya penyu secara tidak sengaja (bycatch).
Kekayaan potensi perairan Selayar ditandai dengan betapa lumrahnya nelayan menjumpai biota ETP seperti penyu, hiu paus, pari manta, lumba-lumba, dan dugong. Biota ETP yang paling banyak ditemukan di perairan ini adalah penyu.
Perairan di bagian barat Selayar dan sekitar Pulau Gusung menjadi salah satu habitat penting penyu. Kesadaran nelayan yang cukup tinggi mengenai penyu sebagai binatang yang dilindungi membuat populasi penyu di perairan Selayar terjaga. Namun, masih berkembang pandangan bahwa penyu adalah hama yang sering merusak jaring mereka.
“Kami langsung saja lepas penyunya dari jaring,” begitu kesaksian yang banyak kami dengar sepanjang survei 10-23 Januari 2017 lalu. Penyu dilepas tanpa melakukan penanganan hasil tangkapan sampingan (bycatch) penyu terlebih dahulu di atas kapal.
Padahal, nelayan perlu menyisihkan waktu untuk mengecek keadaan penyu yang baru tertangkap, apakah dalam kondisi bergerak aktif, pingsan, atau mati. Sehingga, mereka dapat mempraktikkan penanganan terbaik, dan meningkatkan keberlangsungan hidup penyu setelah dilepas kembali.
Saat ini, penanganan penyu yang tertangkap tidak sengaja di atas kapal boleh jadi belum dirasa penting oleh nelayan Selayar. Namun, WWF-Indonesia tengah merintis jalan menuju pendampingan penuh terhadap nelayan dalam mempraktikkan Better Management Practices (BMP) Penanganan Bycatch Penyu.