XPDCSULTRA TENTUKAN DATA DASAR UNTUK DUKUNG KEBERHASILAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
Ada cerita menarik dari Sulawesi Tenggara dalam 12 hari ke depan, yaitu selama 14-25 Oktober 2016. WWF-Indonesia bersama Yayasan Reef Check Indonesia memimpin sebuah tim ekspedisi di perairan Sulawesi Tenggara. Wilayah perairan dalam Ekspedisi Sulawesi Tenggara (XPDCSULTRA) ini mencakup Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Lasolo, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara, dan di luar kawasan konservasi, yaitu Pulau Wawonii. Tim ekspedisi akan melakukan pengambilan data pada 41 titik penyelaman dan 8 desa target yang tersebar di tiga kawasan tersebut.
Sulawesi Tenggara yang didominasi 75% perairan atau seluas 114,879 km2 ini merupakan laut yang potensial dengan berbagai jenis keanekaragaman hayatinya. Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dibentuk sebagai alat pengelolaan wilayah laut untuk meningkatkan perlindungan terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Sejak tahun 2014, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menginisasi KKPD Sulawesi Tenggara untuk mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan demi keberlangsungan mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.
XPDCSULTRA bertujuan untuk menyusun data dasar mengenai status dan tren ekosistem terumbu karang; habitat, sebaran populasi, dan ancaman yang dihadapi oleh spesies laut dilindungi dan terancam punah; serta profil perikanan di perairan Sulawesi Tenggara. Pasalnya, ketiga kawasan yang menjadi cakupan wilayah ekspedisi belum memiliki informasi data awal yang lengkap mengenai kondisi ekosistem, keanekaragaman hayati, dan pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya. Padahal, hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong penetapan kawasan konservasi yang telah dicadangkan, bahkan sebagai rekomendasi untuk pencadangan kawasan konservasi baru.
Ekspedisi yang menggunakan Floating Ranger Station (FRS) Menami milik WWF-Indonesia ini melibatkan 22 orang, yang terdiri atas 15 orang tim ekologi, 1 orang tim spesies, 2 orang tim perikanan. Hari ini, seluruh peserta XPDCSULTRA sudah berkumpul di atas Kapal Menami untuk memulai pelatihan. Berlabuh di Teluk Kendari, Kapal Menami tak hanya menjadi rumah terapung, tetapi juga menjadi tempat mereka belajar. Selama dua hari pertama, seluruh tim mengikuti workshop untuk menyamakan metode penelitian, mengasah kemampuan estimasi dan identifikasi ikan, hingga menentukan bentuk pertumbuhan terumbu karang.
Dalam ekspedisi ini, WWF-Indonesia juga menggandeng para mitra dan peneliti dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tenggara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) TWAL Teluk Lasolo, Balai Taman Nasional Wakatobi, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Universitas Halu Uleo (UHO), Universitas Muhammadyah Kendari, dan Yayasan Bahari. Ekspedisi ini juga merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama antara WWF-Indonesia dengan UHO dan DKP Provinsi Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu.
Hari Senin, 17 Oktober 2016 nanti, Kapal Menami akan berlayar mulai dari Teluk Kendari menuju utara, hingga ke Pulau Labengki yang termasuk dalam TWAL Teluk Lasolo di Kabupaten Konawe Utara, kemudian kembali ke selatan di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan. Sekembalinya mereka ke Teluk Kendari, XPDCSULTRA diharapkan dapat mendorong penetapan KKP, dan memberikan rekomendasi pengelolaan untuk mendukung pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan. Sehingga, hasilnya akan memberikan dampak positif dari penetapan sebuah kawasan konservasi.