SEMANGAT PEREMPUAN PULAU GOROM DALAM MENGOLAH HASIL PERIKANAN
Oleh: Aliana Nafsal – Fisheries Officer Inner Banda Arc Seascape
Selama 3 hari (30 September – 2 Oktober 2018) WWF-Indonesia sebagai mitra pelaksana dari Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (SEA) mengadakan pelatihan pengolahan produk perikanan di Desa adminstratif Aroa, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram bagian timur, Propinsi Maluku. Kegiatan ini melibatkan peserta dari kelompok Watu Mariri.
Total peserta pelatihan pengolahan produk perikanan ini berjumlah 20 orang dari Kelompok Watu Mariri (masyarakat desa admnistratif Aroa). Pemateri kegiatan pelatihan pengolahan produk perikanan ini dari Kantor Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Ambon berjumlah 1 orang dan pendamping teknis kegiatan ini 4 orang dari WWF-Indonesia.
Kelompok nelayan Watu Mariri merupakan kelompok nelayan binaan dari WWF-Indonesia yang telah berdiri pada tanggal 3 Oktober 2016 di dusun Aroa Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur. Kelompok ini telah disahkan oleh Lembaga Adat Wanu Atalo’a melalui SK Nomor: 03/Oktober/2016 dan Kepala Pemerintah Negeri Kataloka melalui SK Nomor: 140/21/KTL/2017.
Watu Mariri memiliki arti persatuan. Secara harfiah memiliki arti menjaga persatuan dan melindungi anggota serta lingkungan pesisir dan laut. Hingga saat ini, kelompok telah beranggotakan 49 orang dan didominasi oleh Ibu-ibu para istri dari nelayan dusun Aroa.
Selain menangkap ikan, usaha lain yang dikembangkan oleh kelompok Watu Mariri adalah dengan pengolahan hasil komoditas ikan julung-julung (Hemirhamphus sp). Salah satunya adalah dengan olahan sambal roa. Selain itu, para anggota yang didominasi oleh para perempuan ini mendirikan koperasi dengan menjual bahan pokok ke dusun sekitar tempat tinggal mereka.
Pelatihan ini dimulai dengan sambutan oleh Aliana Nafsal (Fisheries Officer) bahwa Ikan di Petuanan Kataloka sangat melimpah, sehingga ketika dalam proses penangkapan dengan menggunakan jaring insang ataupun alat tangkap yang ramah lingkungan lainnya dalam jumlah banyak dan dalam bentuk segar maka perlu dilakukan proses pengolahan terhadap ikan tersebut agar menambah nilai jual ikan tersebut.
Banyaknya ikan yang melimpah di desa tersebut maka perlu dilakukan pelatihan pengolahan hasil produk perikanan. Pelatihan ini tentang bagaimana cara mengolah ikan menjadi abon ikan dan nugget ikan yang tidak hanya untuk dikonsumsi tetapi bisa dipasarkan. Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan kepada semua masyarakat Kataloka terutama kelompok Watu Mariri tentang bagaimana cara mengolah ikan untuk menjadi produk yang berkualitas sehingga mempunyai harga jual tinggi. Setelah proses pembukaan kegiatan dilakukan proses penyerahan secara simbolis kelengkapan alat praktik kepada salah satu peserta pelatihan sekaligus penyematan alat tersebut.
Pelatihan ini dilakukan selama 3 hari, hari pertama adalah pemberian materi tentang abon ikan kemudian dilanjutkan dengan praktik cara pengolahannya. Hari ke-2 materi dan praktik tentang pemberian label serta pengepakan abon ikan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian materi dan praktik pengolahan nugget ikan serta tidak ketinggalan praktik pemberian label serta pengepakan oleh pemateri. Kemudian di hari ke- 3 sedikit berbeda, pelatih memberikan arahan mengenai cara pemberian harga pada suatu produk dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta yang terakhir bagimana cara pemasaran produk itu sendiri (marketing).
Dalam pemberian materi maupun praktik abon ikan dan nugget ikan, ibu-ibu peserta sangat antusias mengikutinya. Hal ini dikatakan oleh salah satu peserta yang bernama Neng bahwa mereka sangat senang dengan pelaksanaan kegiatan ini, karena pada hari pertama materi tentang abon ikan yang biasanya mereka kerjakan pembuatan abon ikan ini membutuhkan waktu yang lama (6 jam mengaduk-aduk abon sampai kering), sekarang setelah mereka praktikan hanya membutuhkan waktu 2 jam saja. Hal ini disebabkan oleh ikan yang mengandung banyak air sehingga setelah dikukus harus diperas untuk dikeluarkan airnya. Kemudian santan yang dipakai hanya santan kentalnya saja, sehingga waktu yang digunakan untuk mengaduk abon leih cepat. Akhirnya anggota Watu Mariri yang didominasi oleh para istri-istri dari nelayan mengetahui bahwa ikan sarat akan protein dan tidak menimbulkan banyak cacing dalam tubuh anak-anak.
Menurut salah satu peserta atas nama Arinta, hari ke 2 pelatihan lebih menarik lagi, karena pengolahan nugget ikan merupakan hal yang baru buat peserta. Proses pembuatan nugget relatif cepat dan dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak. Nugget diminati oleh banyak kalangan terutama anak-anak. Serta bisa di gunakan dipesta ulang tahun ataupun dipesta pernikahan, apalagi ketika acara nelayan membawa hasil yang banyak.
Semua peralatan yang digunakan pada waktu proses pengolahan ikan harus dalam kondisi bersih dan tidak berkarat. Untuk menjaga agar produk akhir yang dihasilkan sampai ketangan konsumen dan dapat dinikmati dengan sehat, langkah yang perlu dilakukan oleh produsen adalah penggunaan bahan baku sesuai standar (ikan yang segar, dan menggunakan peralatan yang bersih dan tidak berkarat, memakai masker dan sarung tangan).
Praktek menimbang ikan setelah dipisahkan dari tulang dan daging hitam.
Pada saat penutupan kegiatan dihadiri oleh Pejabat Desa Administratif Aroa, Camat Pulau Gorom dan Ibu Ketua PKK bersama anggota, dalam sambutannya Ibu Camat yaitu ibu Mega Rodyah R Wattimena mengatakan bahwa kegiatan ini sangat beliau apresiasi dan dalam penggunaan dana desa nanti jangan hanya digunakan untuk pembangunan jalan setapak, tetapi arus digunakan untuk pelatihan-pelatihan yang seperti dilakukan oleh WWF Indonesia selama 3 hari ini, karena ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga.
“Kami dari pihak kecamatan mewakili PKK meminta agar ibu-ibu kelompok Watu Mariri untuk membuat Abon ikan sebanyak 15 pak dan nugget 10 pak untuk dipasarkan di Bula pada saat HUT PKK Kabupaten Seram Bagian Timur” ungkap ibu Mega.
Ibu Camat juga menyampaikan bahwa pelatihan seperti ini harus diadakan di tempat yang lain seperti di Pulau Grogos, karena kita ketahui bahwa di Pulau Grogos merupakan daerah yang mempunyai banyak ikan dan masyarakat disana juga 100% bermata pencaharian sebagai nelayan. Pelatihan pengolahan produk perikanan seperti ini sangat kami dukung karena dapat menambah pengetahuan ibu-ibu nelayan dan dapat langsung dipraktikkan untuk menambah penghasilan keluarga.