BELAJAR KETENANGAN HATI DARI EKSPEDISI
Oleh: Muhammad Rais (Universitas Muhammadiyah Kendari)
Bagi seorang penyelam, istilah buoyancy dan mask clearing adalah pengetahuan yang wajib dimiliki. Keberhasilan penyelaman adalah ketika penyelam mampu melakukan kedua hal ini dengan baik.
Buoyancy adalah teknik mengatur keterapungan di dalam air sehingga mencapai daya apung netral. Dalam artian, penyelam harus melayang di dalam air.
Ketika menyelam, penyelam menggunakan peralatan seperti alat dasar selam (masker snorkel, dan fins) dan alat scuba seperti buoyancy control device (BCD), tank, regulator, dan pemberat. Seorang penyelam dapat berada di bawah perairan jika ia menggunakan pemberat (weight belt) yang jumlahnya tergantung daya apung seseorang.
Pemberat berfungsi untuk “menenggelamkan” penyelam, yang dibarengi dengan mengosongkan udara dari BCD. Kondisi seperti ini sangat memungkinkan penyelam “tenggelam” hingga dasar. Sehingga, jika tidak diatur dengan menambahkan udara ke dalam BCD, akan sulit untuk mencapai daya apung netral.
Sementara itu, mask clearing adalah teknik membersihkan atau mengeluarkan air dari dalam masker. Caranya, dengan membuka masker bagian bawah dan secara bersamaan menghembuskan nafas melalui hidung dengan kepala menghadap ke atas.
Teknik ini dilakukan apabila masker “berkabut” atau buram, sehingga menyulitkan dalam melihat di bawah air. Terhalangnya pandangan dapat mengurangi kenikmatan dalam mengambil data atau melihat kondisi bawah air sehingga diperlukan untuk membersihkan dan mengeluarkan air dari maskernya.
Pengalaman dalam #XPDCSULTRA tidak hanya menambah jam selam saya, tetapi juga melatih teknik buoyancy dan mask clearing. Namun, di atas itu semua, saya belajar bagaimana mencapai ketenangan hati dalam menyelam.
Tanpa ketenangan hati, peneliti ekologi tidak akan berhasil mengambil data dengan baik. Misalnya, dalam mengambil data rugositas (kompleksitas terumbu karang dan bentuk lengkungan dasar perairan), teknik buoyancy, mask clearing - dan ketenangan hati sangat dibutuhkan.
Dengan ketenangan hati, kita jadi mampu mengatur buoyancy dan dapat melakukan mask clearing dengan baik. Tanpa ketenangan hati, mustahil semua itu dapat dilakukan. Jadi, boleh saja hati galau di atas kapal, tetapi jika sudah masuk ke bawah air, hati menjadi tenang.