BERTEMU DENGAN TIGA PENJAGA RIMBA
Oleh: M. Afdhal
Pagi itu di minggu ketiga April 2016, saya ditemani dengan pemandu lokal sedang melakukan kegiatan patroli rutin dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kami memulai patroli dari Desa Pangkalan Indarung menuju Desa Tanjung Medang, kawasan peyangga Hutan Lindung Bukit Batabuh di Kabupaten Kuantan Singingi. Patroli kali ini terasa membanggakan karena kami melihat langsung tiga ekor harimau Sumatera melintas dihadapan kami.
Sebagai anggota tim patroli di WWF Program Sumatera Tengah, setiap bulannya saya melaksanakan tugas mengumpulkan data-data terkait ancaman terhadap kawasan khususnya di sekitar hutan Rimbang Baling dan Hutan Lindung Bukit Batabuh. Seperti biasanya dengan menggunakan kendaraan roda dua, kali ini saya bersama Hafiz, pemandu lokal saya berpatroli di dan sekitar kawasan hutan. Ini adalah hari ke sembilan, sesaat meninggalkan perkampungan Desa Pangkalan Indarung, perjalanan kami terhenti karena melihat segerombolan babi hutan. Kami pun melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan kelompok pekerja kayu yang sedang menumbang kayu di kawasan yang masuk dalam wilayah Hutan Lindung Bukit Batabuh.
Kami pun menggali informasi dari para logger ini, ada sekitar sepuluh orang. Salah seorang pekerja menuturkan pada kami bahwa dalam satu bulan terakhir ini mereka sering melihat beberapa harimau lalu lalang di dekat camp mereka. Bahkan dua orang diantaranya pernah melihat langsung harimau tersebut di sore hari sekitar 4 hari sebelumnya. Tidak terlalu pasti jumlahnya karena ada yang bilang tiga ekor, ada juga yang bilang dua ekor.
Kami merasa tertantang dengan informasi ini untuk melanjutkan patroli menyusuri pinggir kawasan antara Bukit Batabuh dan Rimbang Baling ini. Saya sebagai anggota tim TPU (Tiger Protection Unit) merasa sedikit bangga mendengar kata “beberapa” dari pekerja kayu tersebut yang bearti ada perkembangan populasi harimau Sumatera di kawasan tersebut. Sebagai anggota TPU, saya bertugas memastikan keberadaan harimau Sumatera aman dari ancaman yang akan menggagu atau menghambat perkembangan populasi harimau Sumatera. Dan kawasan ini menjadi prioritas kerja kami.
Kami pun melanjutkan patrol dengan mencari tanda-tanda keberadaan satwa harimau tersebut. Kami melewati jalan yang cukup parah dikarenakan hujan yang mengguyur daerah ini malam sebelumnya, jalan berlumpur dan sangat licin. Dengan sangat hati-hati kami mengendarai sepeda motor dengan beberapa kali menerobos resam-resam yang hampir menutupi jalan. Apa dikata jalan yang licin dan berlumpur ini mengakibatkan sepeda motor kami tergelincir ke dalam parit-parit jalan. Posisi yang sangat-sangat tidak baik dengan keadaan harus menahan motor yang hampir menimpa badan saya.
Tanpa sengaja pandangan saya mengarah ke depan ke arah persimpangan jalan. Alangkah terkejutnya saya seakan-akan tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Seekor induk harimau sedang menggiring dua ekor anaknya melintasi persimpangan jalan yang tak jauh dari kami yang sedang menahan sepeda motor yang nyaris menimpa badan saya. Jarak kami mungkin hanya sekitar 30-50 meter. Jelas terlihat oleh saya seekor induk harimau yang cukup besar keluar dari belukar menuju jalan akses Kemudian disusul oleh dua ekor anaknya yang masih kecil, seukuran anak anjing umur 6 bulan berlari-lari sambil bermain. Ketiganya melintas menuju persimpangan jalan di depan saya. Jalan itu merupakan bekas jalan doser (alat berat).
Terkesima, bangga dan bercampur takut, itula yang saya rasakan. Setelah harimau menghilang dibalik belukar, kami menunggu beberapa saat untuk kemudian menutuskan mengecek lokasi perlintasan tiga harimau tersebut. Bercampur perasaan kecewa karena tidak sempat mengabadikan tuk belang, sang penjaga huta ini, kami menghampiri lokasi setelah berjuang keras mengembalikan posisi motor. Di lokasi kami menemukan jejak-jejak kaki harimau tersebut, sejenak dengan perasaan masih dilanda rasa takut kami melihat kondisi sekitar. Kami tidak menemukan aktifitas manusia di sekitarnya. Dan kembali dengan rasa kecewa tidak berhasil menagabadikan sang raja hutan, segera kami meninggalkan lokasi tersebut. Kami menduga harimau tersebut cuma melintas karena tidak jauh dari lokasi ada anak sungai.
Kami masih melanjutkan patroli di sekitar kawasan hingga lima hari berikutnya mencari informasi dan tanda-tanda keberadaan satwa kucing besar pemilik rimba ini. Namun kami tidak menemukan tanda-tanda atau ancaman penting lainnya.
Setelah kejadian ini, selama dua bulan berturut-turut, saya tetap melakukan pemantauan di sekitar kawasan ini. Walaupun tidak lagi bertemu langsung, namun dari informasi yang saya dapatkan, beberapa pekerja kayu masih melihat keberadaan harimau tersebut dan tanda-tanda keberadaanya pun masih terlihat. Saya tersenyum dan berharap ketiga harimau tersebut akan dapat bertahan hidup demi keberlangungan populasi harimau Sumatera yang terancam punah.
Hutan Lindung Bukit Batabuh masuk dalam wilayah administrasi Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu, Riau. Kawasan ini menghubungkan dua habitat harimau penting yakni lanskap Rimbang Baling dan Bukit Tigapuluh, dikenal sebagai koridor biologi. Penelitian WWF mengenai populasi dan distribusi harimau Sumatera melalui metode camera trap berhasil membuktikan kawasan ini memiliki keberadaan harimau Sumatera. Beberapa individu harimau berhasil terdokumentasikan dari kawasan ini.