CORAL TRIANGLE DAY 2017: BALI DEKLARASIKAN PERANG LAWAN SAMPAH
Oleh: Tim Sunda Banda Seascape Communication & Campaign, WWF-Indonesia
“Mari kita bekerja bersatu padu
Menjaga kelestarian biota laut
Terumbu karang tempat ikan bertelur
Kita lindungi supaya tidak hancur”
Begitu langgam yang didendangkan oleh pementas Wayang Samudera di pelataran Pura Penataran Agung Ped, Nusa Penida, Bali, pada tanggal 9 Juni 2017 silam.
Pura Penataran Agung Ped selalu dipadati pemedek dari berbagai pelosok Bali yang memohon kerahayuan. Pura suci di selatan Selat Nusa malam itu tak hanya dipenuhi semeton yang beribadah malam purnama. Mereka juga turut hadir meramaikan perayaan World Ocean Day dan Coral Triangle Day yang jatuh pada tanggal 8 Juni dan 9 Juni tiap tahun.
Acara ini diselenggarakan oleh Coral Triangle Center (CTC) bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, dan pemerintah daerah.
Tema yang diangkat dalam perayaan tahun ini adalah sampah plastik. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science tahun 2015, tiga negara dalam kawasan Coral Triangle masuk dalam sepuluh negara dengan tingkat limbah laut tertinggi (Jambeck, et. al.). Indonesia berada di peringkat ke dua penghasil limbah di lautan dengan 187.2 juta ton.
Isu ini memang merupakan salah satu ancaman besar bagi keberlangsungan ekosistem laut dan pesisir. Tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang dan penurunan populasi satwa liar, sampah plastik juga sangat berpotensi merugikan sektor pariwisata bahari.
“Masalah sampah bisa diubah dengan kesadaran masyarakat. Nusa Penida ini diberi banyak potensi sebagai sebuah kawasan konservasi, tapi harus diimbangi dengan kompetensi kita mengelolanya,” tegas Bupati Kabupaten Klungkung, I Nyoman Suwirta, saat menyampaikan pidato sambutannya.
Tidak hanya berupaya mengedukasi publik yang hadir melalui pementasan Wayang Samudera, dalam acara ini parapihak juga mengajak seluruh masyarakat Bali untuk berkomitmen dalam memerangi sampah plastik.
Hal ini dituangkan ke dalam dokumen Deklarasi Stop Buang Sampah ke Laut, yang ditandatangani oleh Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Andi Rusandi; Kepala BPSPL Denpasar, Suko Wardono; serta Kepala UPT KKP Nusa Penida, I Nyoman Karyawan.
Beberapa hari sebelum perayaan puncak, juga telah diadakan serangkaian acara seperti lomba cerdas cermat tingkat SMP di Nusa Penida; aksi bersih pantai, bersih laut, dan transplantasi karang di Padang Bai, Nusa Lembongan, dan Nusa Penida.
Tidak hanya itu. Di lokasi lain, sejumlah komunitas dan gabungan mahasiswa dari universitas-universitas di Bali juga menggelar aksi serupa dengan menyoroti isu sampah plastik sebagai masalah utama.
Pada tanggal 17 Juni 2017, Turtle Guard Universitas Udayana bersama Forum Bali Bersih, misalnya, memilih Pura Dalem Segara Taman Ayung di Pantai Padanggalak, Sanur, sebagai lokasi aksi bersih pantai.
“Selaku masyarakat Bali, sudah sepatutnya kita memegang falsafah hidup tiga sumber kesejahteraan yang dinamakan Tri Hita Karana, dimana kita jaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, alam lingkungan, dan sesama,” ungkap Ketua Forum Bali Bersih.
“Sebagai salah satu destinasi wisata dunia, dimana masyarakatnya masih memang memegang teguh adat ini, prinsip keharmonisan dengan alam memang seharusnya lebih mudah untuk diamalkan,” lanjutnya.
Dengan diadakan aksi-aksi nyata ini, diharapkan tidak hanya demi perayaan semata, tetapi dapat mendorong publik untuk merealisasikannya di kehidupan sehari-hari, demi keberlanjutan lingkungan di masa depan.