DUKA NELAYAN KOMPRESOR
Oleh: Irwan Hermawan (Fotografer #XPDCSULTRA)
Terik matahari menyelimuti Desa Cempedak di Pulau Cempedak Utara, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Terlihat beberapa nelayan sedang menjalankan rutinitasnya ketika kami datang pagi itu.
Sebagian besar penduduk desa memang bekerja sebagai nelayan.
Tak banyak bidang lain yang bisa dikerjakan di sini. Beberapa orang tampak sedang menghaluskan kayu untuk dibuat menjadi dayung. Ada pula yang sedang menghaluskan badan perahu yang sedang dibangunnya.
Hari itu, nelayan desa ini bercerita pada kami tentang sebuah berita duka. Kemarin, seorang nelayan, yang juga salah satu warga Desa Cempedak, meninggal dunia. Nelayan asal Dusun Tabungkaka ini menderita kelumpuhan mendadak di bagian bawah tubuhnya. Sebelumnya, ia hanya menjalankan rutinitas yang biasa ia lakukan, tak ada hal lain di luar kebiasaannya sehari-hari.
Musibah yang menimpa almarhum tak lepas dari metode penyelaman kompresor. Istilah yang tidak asing bagi nelayan Desa Cempedak. Metode penangkapan ikan dengan kompresor memang masih sering dilakukan. Mereka biasanya menyelam untuk memasang dan mengambil alat tangkap bubu, perangkap untuk menangkap ikan target.
Berdasarkan cerita sesama nelayan, penyelaman yang dilakukan bisa sampai kedalaman 50 meter selama lebih dari satu jam. Hal ini mengakibatkan almarhum terkena risiko penyakit dekompresi. Risiko ini semakin tinggi apabila nelayan menyelam semakin dalam, semakin lama, dan naik ke permukaan terlalu cepat.
Penyelaman dengan kompresor memang menjanjikan hasil yang melimpah. Namun, seharusnya ada cara lain yang tak mengharuskan mereka kehilangan pendengaran, kelumpuhan - bahkan nyawa.