PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENJAGA EKOSISTEM MANGROVE DI DUSUN RANGKO
Salah satu daya tarik yang bisa kita nikmati saat berkunjung ke hutan mangrove adalah keanekaragaman mangrove, keelokan panorama bentang alam pesisir yang kuat, serta fondasi menakjubkan yang bisa melindungi daratan dari gelombang. Faktanya, hutan mangrove memiliki peran antara lain sebagai penahan abrasi pantai, penyangga tsunami, habitat berbagai jenis flora dan fauna, serta penyaring polusi dari darat ke laut. Namun, mangrove sering mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia, seperti penebangan ilegal, perburuan satwa, dan reklamasi pantai.
Secara spesifik kondisi mangrove di Dusun Rangko menurut penuturan, Raside, Ketua Pokdarwis, panjang bentang alam ekosistem mangrove dari Dusun Rangko sampai dengan wisata Gua Rangko sekitar 5,6 Kilometer dan jenis yang paling banyak dilihat adalah Rhizophora sp, Bruguera sp dan Avicencia sp. Adapun hasil pengamatan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dusun Rangko menunjukan adanya tantangan yang dihadapi terhadap ekosistem mangrove seperti penebangan kayu mangrove untuk dimanfaatkan warga sebagai kayu api dan kayu mangrove untuk kemudi kapal. Saat ini, Pokdawis Dusun Rangko ingin memastikan pemanfaatan ekosistem mangrove yang aman dan ramah lingkungan dengan adanya wisata susur mangrove.
Peningkatan kesadaran masyarakat perlu dilakukan untuk terus menjaga kelestarian mangrove sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh generasi selanjutnya. Sosialisasi merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan mangrove serta meningkatkan partisipasi aktif dalam pelestarian.
Sosialisasi ini melibatkan sebanyak 41 orang (14 P/27 L) terdiri dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Barat, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Budaya Kabupaten Manggarai Barat, Kantor Cabang Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Wilayah Kabupaten Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Manggarai Barat, Kelompok Sadar Wisata Dusun Rangko, Perangkat Desa Tanjung Boleng, Penyuluh Perikanan, SMAN 1 Komodo, Politeknik eLBajo Commodus, Nomad Plastic, Kelompok Alam Sejati, Tokoh Masyarakat, Tokoh Perempuan, Tokoh Agama, KSU Sampah Komodo, dan Yayasan WWF Indonesia.
Penting untuk menyampaikan informasi keterkaitan antara mangrove bagi lingkungan, kehidupan laut, dan kehidupan manusia. Sosialisasi kepada masyarakat Dusun Rangko dilakukan pada tanggal 14 September 2023. Kegiatan ini didukung oleh Pasar Modal Indonesia dan difasilitasi Yayasan WWF Indonesia. Kusnanto, Site Coordinator for Flores Waters, memaparkan program-program konservasi terutama pada ekosistem mangrove sebagai upaya mendukung penguatan pengelolaan wisata bahari di Dusun Rangko. Tujuannya, agar masyarakat dan stakeholder yang terlibat bisa berkolaborasi untuk keberlangsungan mata pencaharian dan menjaga ekosistem mangrove terus lestari.
“Untuk meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat, metode yang paling efektif untuk saat ini dengan melalui sosialisasi konservasi mangrove, sehingga masyarakat di Dusun Rangko menyadari hutan mangrove sebagai aset penting dalam ekosistem global”, ujar Robertus Eddy Surya, selaku Kepala KCD KP NTT Wilkab Manggarai Raya.
Pemaparan materi terakhir disampaikan oleh Kelompok Alam Sejati. Kelompok Alam Sejati merupakan kelompok masyarakat yang bergerak dibidang konservasi mangrove yang melibatkan masyarakat dari Golo Sepang, Kecamatan Boleng, sebagai anggotanya. Kelompok ini membahas mengenai upaya masyarakat dalam melindungi daratan dari abrasi dengan rehabilitasi ekosistem mangrove. Hal yang lebih mendetail dibahas mengenai karakteristik penting dari ekosistem mangrove adalah akar udara atau akar napas yang menjulur ke atas dari permukaan lumpur. “Akar ini membantu pohon mangrove mendapatkan oksigen karena lumpur di sekitarnya memiliki kadar oksigen yang rendah. Selain itu, akar mangrove juga berfungsi sebagai penahan erosi pantai karena sistem akar yang kuat dan rapat”, ujar Burhan, selaku Ketua Kelompok Alam Sejati.
“Tidak hanya melakukan sosialisasi, kami juga memberikan peralatan pendukung pengembangan pariwisata susur mangrove berupa 2 buah kayak. Selain fasilitas, peningkatan kapasitas Pokdarwis dianggap penting, sehingga untuk mendukung implementasi program tersebut, Yayasan WWF Indonesia juga mengadakan pelatihan seperti kepemanduan wisata”, tambah Kusnanto.