FENOMENA BINTANG LAUT PEMANGSA KARANG
Oleh: Taufik Abdillah (WWF-Indonesia)
Hari ketiga #XPDCSULTRA, saya membawa tim A untuk menyelam di pesisir timur Pulau Bahubulu. Kami berharap, penyelaman pagi ini mendapatkan visibility yang cukup baik dibandingkan dengan hari kedua, saat ketiga titik penyelaman diselimuti oleh kekeruhan dengan visibility kurang dari 10 meter.
Tim ikan (Putu Suastawa/BTNW dan Kartika Simolang/WWF-Indonesia) dan roll master (Anung Wijaya/DKP-Sultra) turun pertama kali ke dalam perairan. Selanjutnya, disusul oleh saya, Angga (pengamat rugosity) dan Irwan Hermawan (fotografer).
Harapan kami hari itu ternyata terkabul. Beruntung, kami mendapatkan perairan yang baik dengan visibility mencapai 15-20 meter. Namun, setelah dilihat lebih jelas ke dalam dasar perairan, terumbu karang di lokasi ini banyak mengalami pemutihan. Tadinya saya pikir, proses bleaching massal telah lewat masanya hingga bulan Mei lalu, ternyata masih terjadi di lokasi ini.
Sesampainya di kedalaman 10 meter, terlihat dengan lebih jelas karang yang telah memutih seperti Acropora bercabang (Acropora branching), Acropora meja (Acropora tabulate), karang bercabang (coral branching), karang lembaran (coral foliose), karang masif (coral massive) dan submasif, coral encrusting, dan mushroom.
Ternyata, fenomena ini disebabkan oleh predator karang yang umum berada di perairan tropis yaitu CoTS (Crown-of-Thorns Starfish) dengan nama ilimiah Acanthaster planci, atau biasa disebut juga bintang laut mahkota duri.
Acanthaster planci masuk ke dalam class Astreoidea atau bintang laut. Hewan ini menjadi salah satu bintang laut terbesar di dalam kelasnya, serta memiliki duri yang banyak memenuhi tubuhnya. Mereka hidup tersebar di seluruh perairan yang memiliki ekosisitem terumbu karang, terutama di lokasi terumbu karang yang memiliki tutupan karang yang tinggi, karena CoTS adalah pemangsa hewan karang aktif yang dapat menyebabkan karang memutih (bleaching) dan kemudian mati.
Jika Acanthaster planci memiliki kepadatan yang cukup tinggi di ekosistem terumbu karang, dampaknya akan negatif. Menurut Endean (1987), Acanthaster planci memberikan dampak negatif bagi terumbu karang jika kepadatan populasinya telah mencapai 14 individu/1000 m2.
Pak Putu, selama menyelam, penasaran dengan banyaknya CoTS yang berada di lokasi ini. Ia pun mencoba berhenti di sekitar transek ke-3, atau 150 meter dari titik awal penyelaman. Ia mulai menghitung CoTS di satu titik tersebut, dan mendapat total 20 individu CoTS yang berkumpul berdekatan. Sesuai dengan sifatnya yang umum ditemukan, pola sebaran Acanthaster planci adalah berkelompok karena hewan ini lebih suka makan secara beramai-ramai.
Banyaknya Acanthaster planci yang ditemukan di lokasi ini kemungkinan diakibatkan menurunnya atau sudah tidak ditemukannya predator hewan ini di lokasi tersebut. Adapun predator bintang laut mahkota duri misalnya seperti Ikan Napoleon (Chailinus undulates) dan Triton (Charonia tritonis).
Jika jumlah Acanthaster planci sudah banyak di lokasi tertentu, untuk menjaga terumbu karang, dapat dilakukan pengangkatan hewan ini ke darat, lalu dibakar. Namun, usahakan jangan mengangkat semua CoTS ke atas. Karena, CoTS pun mempunyai peran penting dalam ekosistem terumbu karang jika kepadatannya rendah atau normal.
Salah satu peran CoTS adalah untuk menyeimbangkan jenis karang yang bertumbuh lebih cepat seperti karang jenis Acropora. Hal ini dapat memberi ruang bagi karang masif yang berkembang lebih lambat, sehingga dalam populasi normal dapat menjaga keanekaragaman terumbu karang.