MEMAJUKAN DESA DENGAN SATU PRODUK BUDIDAYA – MOTIVASI DARI DESA OYAMA DI OKINAWA
Oleh: Idham Malik (Aquaculture Officer, WWF-Indonesia)
Penghujung tahun 2016 cukup istimewa bagi tiga desa di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pasalnya, Program Aquaculture WWF-Indonesia menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Kelompok dengan Skema Bisnis OVOP (One Village One Product) untuk kelompok nelayan di masing-masing desa.
Mereka adalah Kelompok Lagundi di Desa Liya, Kec. Mandati Timur; Kelompok Sarope Desa Ollo Selatan Kaledupa; serta Kelompok Dewara di Desa Derawa, Kaledupa. OVOP berarti skema pengembangan desa dengan melibatkan warga desa untuk menguatkan produk unggulan desa tersebut, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, demi kesejahteraan warga desa.
Sebagai pembicara, Asdar Marzuki, S.Pi, salah satu pendiri Celebes Seaweed Group (CSG), koperasi yang bekerja dalam bisnis rumput laut, menjelaskan OVOP dengan baik melalui kisah sukses Desa Oyama di Okinawa, Jepang. Asdar mengajak para pembudidaya untuk berimajinasi dan bermimpi tentang kesejahteraan di masa depan, lewat sebuah kisah tentang Desa Oyama.
Mulanya, Oyama hanyalah desa terbelakang dengan masyarakat yang terkenal malas. Hal ini berubah ketika Hiramatsu, seorang pensiunan pejabat Kementerian Jepang, kembali ke desanya untuk mengembangkan Oyama. Awalnya, ia masih mengandalkan benih padi dari pemerintah. Namun, pikirnya, benih padi tidak cocok untuk Oyama. Warga desa pun tidak bisa berkembang jika hanya mengandalkan bantuan terus.
Hiramatsu mengajak warga desa berkumpul di juku (padepokan) untuk membuat daftar sumber daya alam yang ada di desa. Terdapat 130 produk komoditas yang dapat ditanam. Dari 130 itu, ditemukanlah komoditas yang dianggap dapat mengantar kesejahteraan pada penduduk Desa Oyama, yaitu kacang kastanye (chestnut) dan prem (plum).
Langkah pertama Hiramatsu adalah menyusun strategi bersama untuk mempromosikan Oyama sebagai Desa Chesnut and Plum dan mendesain chesnut and plum sebagai konsumsi andalan masyarakat Jepang. Pengembangan komoditas unggulan dalam suatu desa dikenal dengan istilah OVOP, yang berarti suatu komoditas memiliki kualitas unggulan dan tersedia dalam jumlah banyak.
Untuk menjadi unggulan, Oyama mengembangkan riset tentang komoditas tersebut untuk inovasi produk dengan memanfaatkan anak muda Oyama yang telah lulus dari universitas. Mereka juga mengembangkan koperasi desa, Konohana Garten.
“Dengan Chesnut and Plum, kita dapat ke Hawaii” – begitu yang tertera dalam spanduk yang dibentangkan di sudut-sudut desa. Hawaii yang beriklim sedang, menjadi destinasi utama penduduk Oyama.
Pelatihan yang diselenggarakan pada 4-7 Desember 2016 tersebut dihadiri 70 peserta yang berasal dari kalangan pembudidaya, LSM lokal – FORKANI, Balai Taman Nasional Wakatobi. “OVOP dapat dikembangkan di Wakatobi, dengan mempromosikan rumput laut sebagai komoditas andalan warga desa,” ungkap Asdar. “Dengan menyusun strategi, bagaimana para pembudidaya bekerjasama dalam skala desa untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas rumput laut,” lanjutnya.
Para pembudidaya rumput laut harus mengidentifikasi masalah mereka dan merancang strategi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Pemetaan kuantitas dan kualitas rumput laut dan perairannya pun penting agar dapat dihitung nilai ekonominya – yang harus mencapai standar hidup pembudidaya.
Kolaborasi pembudidaya dengan pemerintah, LSM lokal, penyuluh, dan Balai Taman Nasional – menjadi penting agar kelompok dapat meningkatkan kuantitas rumput laut yang bersaing bagi pengumpul besar ataupun industri rumput laut.
Dalam pelatihan ini, pengumpul dan industri turut hadir untuk menjelaskan kualitas rumput laut berdasarkan standar industri. Mereka memberi masukan mengenai kualitas rumput laut yang diproduksi kelompok, sehingga dapat menyusun strategi untuk perbaikan kualitas ke depannya.
Membentuk alur administrasi dan pencatatan yang rapi, menjaga hubungan jangka panjang dengan pembeli – menguatkan sebuah kelompok untuk tetap mengambil langkah strategis dan keputusan terbaik berbasis data. Dengan adanya orientasi bisnis yang jelas dan metodologi yang tepat untuk mencapai rencana bisnis, saya optimis, nelayan Wakatobi dalam Kelompok Lagundi, Sarope, dan Derawa ini dapat mencapai tujuan yang dicitakan – kesejahteraan, dan kelestarian perairan.