MENDADAK EKSPEDISI
Penulis: Trinity (travel blogger http://naked-traveler.com/)
Mendadak saya menerima undangan dari WWF Indonesia untuk mengikuti ekspedisi ke Pulau Koon di Kabupaten Seram Bagian Timur, provinsi Maluku (#XPDCKOON). Tujuan ekspedisi ini adalah mengumpulkan data ekologi, sosial dan pariwisata kawasan konservasi Koon. Sebagai pecinta pulau eksotis dan diving, saya langsung setuju. Apalagi bisa melihat langsung bagaimana para ilmuwan kelautan bekerja langsung.
Ada 15 orang yang ikut dalam ekspedisi Koon dari WWF Indonesia yang dibantu Terangi, Dinas Kelautan & Perikanan, dan 2 orang travel blogger yaitu saya dan Terry dari @negerikitaID. Ekspedisi yang diadakan pada 13-25 April 2016 ini menggunakan Kapal Menami milik WWF yang dikirimkan dari Wakatobi.
Karena ada kerjaan lain di Lampung, saya baru bisa menyusul pada 14 April 2016 yang dijadwalkan dengan menggunakan pesawat rute Jakarta-Ambon-Langgur. Baru dari Langgur akan menggunakan speed boat WWF ke Koon. Baru saja mau naik pesawat di bandara Pattimura Ambon menuju Langgur, saya ditelepon WWF yang mengatakan bahwa saya sebaiknya turun dari pesawat saja karena kapal Menami ternyata masih di Ambon. Saya pun menyusul ke Pelabuhan LIPI Ambon.
Beruntung saya masih bisa ikut workshop sehari untuk semua peserta ekspedisi di atas kapal Menami. Workshop ini antara lain mengenai tata cara survei cepat dan manajemen data. Sehari tiga kali diadakan coral and fish test alias ujian tentang karang dan ikan! Saya baru tahu bahwa karang itu jenisnya sangat banyak. Karang keras saja terbagi lagi menjadi Acropora dan Non Acropora. Masing-masing terbagi menjadi golongan branching, encrusting, submassive, dan lain-lain.
Sedangkan ujian ikan, terbagi antara identifikasi ikan dan ukuran ikan. Ruangan kelas pun terdengar bak bahasa Asterix & Obelix karena mereka menyebut jenis ikan dalam bahasa Latin! Saya yang cuma tahu ikan baronang, ikan kuwe, ikan kerapu itu masih salah karena masing-masing keluarga ikan mempunyai jenis yang berbeda-beda – makanya wajib hapal nama Latin dua kata karena termasuk genus-nya. Sebagian besar peserta yang memang sarjana kelautan dan bekerja di LSM bidang konservasi laut membuat saya geleng-geleng kepala.
Yang agak mending saya bisa ikuti adalah ujian mengukur panjang ikan. Panjang dihitung dari ujung muka sampai ujung ekor. Ternyata tidak semua ikan dijadikan target penelitian. Ikan karang di bawah 10 cm tidak dihitung. Kategori ikan yang dihitung adalah “ikan kecil” dengan ukuran 10-35 cm dan “ikan besar” dengan ukuran 35 cm ke atas. Jenisnya pun tertentu, hanya yang dianggap bernilai ekonomis dan memiliki fungsi ekologis penting.
Ada juga penelitian Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Selam, seperti kecerahan perairan, tutupan karang, jenis life form, kecepatan arus, dan lain-lain. Juga pengambilan data SPAG (Spawning Aggregation) yang artinya adalah meneliti ikan kawin! Ditambah lagi penelitian Hewan Karismatik, maksudnya penyu, hiu, paus - entah kenapa disebut “karismatik”. Selain pengambilan data bawah laut, juga ada penelitian sosial berupa wawancara kepada para nelayan di pulau-pulau terdekat.
Sayangnya karena surat izin kapal bermasalah, kami stuck di Ambon selama 3 malam. Setelah workshop selesai, hari bebas kami isi dengan berbelanja di mal dan pasar. Saya sendiri mengajak sebagian peserta untuk berwisata ke Pantai Liang, Kampung Bola Tulehu, dan Pantai Natsepa. Beruntung juga saya sempat bertemu dengan teman di Ambon yang berbaik hati meminjami kipas angin… karena kamar tidur di kapal Menami sangat panas!
Bicara soal kapal Menami, kapal kayu ini panjangnya 22,8 x 5 meter. Di anjungan adalah ruang kemudi, kamar ABK dan ruang meeting. Di geladak terdapat tempat duduk-duduk, ruang makan, dapur dan dua kamar mandi. Di dek bawah ada dua kamar besar berisi 4 bunkbed (8 tempat tidur) yang merupakan kamar peserta ekspedisi dan ruang mesin. Karena letaknya di bawah tanpa jendela dan dekat ruang mesin, kamar rasanya sumpek dan panas – makanya sebagian besar cowok memilih tidur di kursi-kursi luar. Intinya, 15 orang peserta + 3 orang anggota TNI AL + 7 orang ABK dalam kapal sekecil itu nggak ada tempat untuk menyendiri karena 4L (Lu-Lagi-Lu-Lagi)!
Singkat cerita, pada 17 April 2016 pukul 10 pagi kami berangkat ke arah timur. Dua puluh enam jam yang membosankan kemudian, akhirnya kami tiba di Pulau Gorom. Speed boat dari Kei telah tiba untuk membantu penelitian. Kami dibagi ke dalam dua tim penyelaman yang menggunakan speed boat dan rubber boat. Ekspedisi Koon telah dimulai!