MYBABYTREE DI RINJANI: SUPAYA INDAHNYA RINJANI TETAP LESTARI
Oleh: Natalia Trita Agnika
MyBabyTree
Di kalangan para pecinta alam, Rinjani merupakan salah satu gunung yang masuk dalam daftar gunung yang ingin didaki. Pesona keindahannya sangat memikat hati. Bahkan ada pendaki yang berujar, “Jangan mati sebelum mendaki Rinjani.”
Gunung Rinjani yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ini merupakan salah satu gunung berapi aktif dari 127 gunung berapi di Indonesia. Gunung Rinjani mendominasi lanskap Pulau Lombok dan mencakup sepertiga dari total luas Pulau Lombok. Tak hanya indah, Gunung Rinjani ternyata menyimpan kekayaan alam dan memiliki peranan penting, baik secara ekologi maupun ekonomi.
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu bagian dari hutan hujan tropis yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari berbagai tipe ekosistem dan vegetasi yang cukup lengkap, mulai dari hutan tropis dataran rendah sampai hutan hujan tropis pegunungan yang masih utuh dan berbentuk hutan primer, hutan cemara, dan vegetasi sub alpin. Nilai sumber daya alam dan jasa lingkungan wilayah Rinjani dikalkulasikan mencapai ratusan milyar rupiah, yang meliputi 386 milyar pertahun di sektor agrikultur dan 286 milyar di sektor ekowisata.
Gunung Rinjani juga merupakan daerah tangkapan air utama dari 4 DAS (Daerah Aliran Sungai) terbesar, yaitu Dodokan, Menanga, Putih, dan Jelateng. Sebanyak 90% suplai air di Pulau Lombok berasal dari hutan di Rinjani dan sekitar 3 juta orang bergantung pada suplai air dari Rinjani. Peran penting hutan Rinjani yang lain adalah dalam siklus karbon global karena pohon-pohon di hutan berjasa menyerap karbon.
Idealnya, hutan di kawasan Gunung Rinjani tetap terjaga asri. Namun, hijaunya hutan Rinjani terusik oleh ulah manusia yang tak bertanggung jawab. Kebakaran hutan dan perambahan hutan secara ilegal telah merusak kawasan ini. Kebakaran hutan di kaki Gunung Rinjani pada September 2015 silam misalnya, telah menghancurkan lebih dari 100 hektare kawasan. Kebakaran tersebut diperkirakan karena ulah para pendaki atau warga yang membuang puntung rokok sembarangan. Selain itu, perambahan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani juga makin memprihatinkan. Salah satu contohnya adalah perambahan hutan secara ilegal di Jurang Kaok, Bebidas, Lombok Timur (sumber: Lombok Post, 14 Maret 2016). Berdasarkan keterangan Kepala Balai TNGR Agus Budiono, area yang dirambah di kawasan tersebut sudah melebihi 100 hektare.
Kita tak bisa tinggal diam melihat keindahan Rinjani memudar. Publik secara individu dapat turut berkontribusi menghijaukan kembali hutan di TNGR melalui program MyBabyTree. Program ini merupakan inisiatif WWF-Indonesia untuk mendorong individu membantu proses reforestasi demi melindungi kawasan lindung atau kawasan hutan. Program MyBabyTree tidak hanya menitikberatkan pada upaya penghijauan saja, tapi juga pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi dalam kegiatan penanaman, perawatan, dan monitoring pohon. Dengan demikian, publik turut berkontribusi dalam upaya konservasi lingkungan, community empowerment, dan terlibat dalam menciptakan kehidupan yang berkelanjutan.
Melalui MyBabyTree, kita dapat menamai pohon yang ingin kita tanam di TNGR. Tak sekadar menanam, pertumbuhan pohon-pohon yang telah ditanam dapat diawasi melalui Geotags (pelabelan pohon dengan garis lintang dan garis bujur/koordinat lokasi yang tepat). Bila kita sudah mengadopsi pohon, nantinya kita akan dapat memantau pertumbuhan pohon menggunakan fasilitas Google Earth. Foto yang menginformasikan perkembangan pohon yang ditanam akan terus diperbaharui setiap 6 bulan sekali oleh WWF-Indonesia.
Mari kita turut menjaga supaya hutan di Rinjani tetap lestari dengan mengadopsi pohon melalui MyBabyTree.