PANDA MOBILE DAN SISWA AL-JABR ISLAMIC SCHOOL BELAJAR TENTANG TRENGGILING
Senin (08/04), tim Panda Mobile berkunjung ke Al-Jabr Islamic School di Pondok Labu. Pada kesempatan ini, tim Panda Mobile membantu proyek endangered species trenggiling yang dikerjakan oleh siswa kelas 5 Sekolah Dasar. Tim Panda Mobile diminta ikut mendampingi saat memberikan penjelasan hasil penelitian trenggiling kepada adik-adik yang duduk di kelas 2, 3, dan 4 SD.
Sebelumnya, proyek trenggiling tersebut telah dikerjakan oleh tiga orang siswa kelas 5 yaitu Zavira, Taha, dan Zio. Mereka melakukan riset dengan berkunjung ke beberapa tempat dan lembaga. Salah satu lokasi penelitian adalah kebun binatang Ragunan untuk melihat trenggiling secara langsung. Selain itu, mereka juga mendatangi Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengetahui regulasi tentang perdagangan hewan. Terakhir, para peneliti cilik menyambangi WWF-Indonesia untuk mengenal endangered species secara umum, dan memperdalam pengetahuan tentang trenggiling.
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, ketiga siswa menyimpulkan bahwa trenggiling merupakan salah satu satwa yang paling diminati di pasar global. Ternyata, spesies ini diperdagangkan untuk dikonsumsi bagian tubuhnya, seperti daging, lidah, kulit, dan sisik. Bagian tubuh trenggiling dipercaya bisa menjadi obat tradisional bagi masyarakat Tiongkok, dan juga sebagai bahan baku narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.
Setelah semua data dan fakta telah terkumpul dan diolah, ketiga peneliti harus memaparkan hasil temuannya tersebut kepada siswa kelas 2, 3 dan 4 SD. Para periset berusaha menjelaskan hasil penelitiannya dan berharap adik kelas memahami serta bisa memetik pesan yang tersirat. Setelah sesi pemaparan dari para peneliti, kini giliran WWF-Indonesia yang memperkenalkan diri. Tim Panda Mobile yang diwakili oleh Kak Hanna menjelaskan tentang endangered species yang ada di Indonesia. Kak Hanna juga menambahkan informasi tentang trenggiling kepada para siswa. Ia menceritakan cara trenggiling beradaptasi dengan lingkungannya, usaha trenggiling melindungi diri dari ancaman, sampai perbedaan antara trenggiling dan armadilo.
Kegiatan pertama ini diakhiri dengan sesi tanya jawab para siswa dan tim Panda Mobile. Ternyata, para penonton yang terdiri dari siswa kelas 2, 3, dan 4 SD menyimak semua pemaparan tersebut. Peserta langsung menangkap inti sari hasil penelitian dengan cepat. Mereka mengetahui bahwa memelihara dan memperjualbelikan trenggiling dilarang, dan dapat dilaporkan ke pihak yang berwenang.
Acara dilanjutkan dengan permainan untuk menguji pengetahuan para siswa mengenai trenggiling. Peserta diajak bermain ular tangga trenggiling dan mencocokkan pertanyaan dan jawaban seputar satwa tersebut. Semua anak ikut bermain dengan antusias. Di sela permainan, seorang siswa berkata, “Kenapa ya banyak yang memburu trenggiling? Padahal daging sapi lebih enak untuk dimakan.” Perkataan tersebut sontak membuat siswa lain tertawa.
Selain bermain, para siswa juga diajak menonton beberapa film di truk Panda Mobile. Film yang diputarkan hari itu berjudul Quartet at The Crossroads yang bercerita tentang Indonesia dengan kekayaan flora dan faunanya. Tetapi, suatu hari hutan-hutan ditebang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab menyebabkan banyak hewan kehilangan tempat tinggal. Setelah film pertama berakhir, tim Panda Mobile juga mengingatkan bahwa trenggiling termasuk hewan yang akan kehilangan tempat tinggal jika hutan dirusak. Maka, masyarakat, pemerintah dan lembaga seperti WWF-Indonesia harus berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam.
Film berikutnya yang diputar di truk Panda Mobile berjudul Plastic Planet. Tontonan ini bercerita tentang dunia yang dipenuhi plastik karena konsumsi plastik yang terlalu banyak. Akibat sampah plastik, hewan-hewan laut mati dan lingkungan menjadi rusak. Untuk mencegah hal itu, masyarakat yang tinggal di perkotaan bisa melakukan aksi nyata seperti menggunakan tas belanja dari kain atau paperbag, serta membawa tumbler untuk mengurangi konsumsi air mineral kemasan.
Tim Panda Mobile berharap kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat positif kepada para siswa dan juga sekolah. Semoga acara seperti ini berjalan secara rutin dan bisa menjadi media pembelajaran alternatif bagi para siswa.