PASKALIS BOKO, SAHABATNYA DAN KURA KURA MONCONG BABI (KKMB)
Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIT di Desa Mumugu I yang kecil dan tentram, di Distrik Sawerma, Kabupaten Asmat, pada awal September 2021. Malam itu langit diwarnai dengan cahaya lembut saat bulan menggantung tinggi di langit, memancarkan cahaya keperakannya ke seluruh lanskap dan menerangi sekitarnya dengan cahayanya yang mistis.
Di tengah suasana yang tenang tersebut, Paskalis Boko yang biasa disapa Boko, bersama tiga orang sahabatnya, sibuk mempersiapkan diri di bivaknya masing-masing. Bivak merupakan keunikan masyarakat Asmat, adalah gubuk-gubuk tradisional yang dibangun dari bahan-bahan alami bersumber dari hutan. Bivak berfungsi sebagai tempat berteduh sementara bagi mereka yang keluar untuk mengumpulkan makanan dan sumber daya. Ketiga sahabat Boko memiliki ruang mereka sendiri, yang dirancang sedemikian rupa agar menyatu dengan lingkungan alam.
Masing-masing orang fokus pada tugas yang ada, bersemangat untuk memulai ekspedisi mencari makan malam. Menyelami alam liar perlu berbagai antisipasi, namun keakraban terlihat saat Boko dan para sahabatnya melakukan persiapan.
Setelah tiga puluh menit berbincang-bincang dan tertawa, tibalah waktunya mereka memulai petualangannya. Boko beserta sahabat-sahabatnya berjalan menuju tepi sungai di mana mereka melihat sebuah perahu motor kecil. Perahu itu ditambatkan dengan aman di sebuah dermaga tradisional, papan kayunya terlihat aus karena termakan waktu.
Dengan rasa gembira, Boko dan teman-temannya naik ke perahu, dan memulai ekspedisi malam mereka. Misi malam itu adalah memantau aktivitas kura-kura moncong babi yang menjadikan sungai Fai sebagai habitatnya. Mereka ingin mengamati kura-kura itu saat muncul ke permukaan di bawah sinar bulan. Maka dari itu, mereka menjelajahi sungai dari senja hingga fajar.
Para sahabat itu bersatu dalam antusiasme mereka, menantikan petualangan yang akan mereka lalui dalam suasana sungai yang tenang dan tenteram, tempat alam akan menyingkapkan rahasianya di bawah langit berbintang.
Kura-kura moncong babi (disebut KKMB) adalah spesies yang dilindungi karena statusnya yang rentan dan umumnya ditemukan di wilayah Asmat. Komunitas Mumugu I, sebuah kelompok yang sangat terikat dengan warisan leluhur mereka, telah mengambil inisiatif untuk secara tekun memantau tidak hanya Kura-kura Moncong Babi tetapi juga berbagai sumber daya alam lainnya di dalam kawasan hutan lebat di sekitar Kali Fai. Komitmen terhadap konservasi ini telah menjadi tradisi lama, yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang menyoroti rasa hormat yang mendalam dari masyarakat terhadap lingkungan dan seisinya.
Upaya mereka mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang keseimbangan ekologi dan pentingnya melestarikan spesies unik dan habitat alami ini untuk generasi mendatang. Melalui pengelolaan yang waspada, komunitas Mumugu I terus memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati yang kaya di tanah air mereka, memastikan bahwa ekosistem yang rapuh tumbuh subur secara harmonis.
Kali Fai merupakan anak sungai penting bagi dua sungai utama yang terletak di Kabupaten Asmat, khususnya Sungai Lorentz dan Sungai Betz. Seperti sungai-sungai lain yang mengalir di wilayah Asmat, Kali Fai berperan penting sebagai jalur transportasi bagi penduduk setempat, yang memudahkan pergerakan barang dan orang melalui perahu motor. Aspek fungsinya ini sangat penting, mengingat medan yang sering kali menantang dan infrastruktur yang terbatas di wilayah tersebut.
Kegiatan pemantauan menyeluruh ini diawali dengan pengamatan cermat terhadap berbagai perubahan alam yang dapat memengaruhi habitat, seperti potensi banjir atau waktu musim buah. Pengamatan ini penting karena membantu masyarakat mengantisipasi perubahan ekosistem yang dapat memengaruhi penyu. Selain itu, proses pemantauan melibatkan pelacakan pergerakan induk penyu dan pemeriksaan sarang KKMB untuk menentukan apakah sarang tersebut berisi telur.
Dengan memeriksa indikator penting tersebut secara cermat, masyarakat dapat mengumpulkan data penting mengenai pola reproduksi dan kesehatan keseluruhan populasi kura-kura moncong babi, sehingga memastikan keberlanjutan habitat mereka di wilayah Sungai Fai untuk generasi mendatang.
Inisiatif yang dipimpin oleh Boko dan masyarakat setempat saat ini perlu mendapatkan perhatian dan dukungan yang layak dari berbagai pemangku kepentingan, mengingat potensi manfaat yang dapat diberikan oleh inisiatif semacam itu bagi masyarakat secara keseluruhan.
Lebih jauh, dirasa perlu adanya kerangka kebijakan formal yang menguraikan proses dan mekanisme untuk memanfaatkan KKMB sebagai sumber pendapatan ekonomi yang layak bagi warga. Tanpa adanya peraturan tersebut, masyarakat tidak memiliki arahan tentang cara memanfaatkan sumber daya ini secara efektif, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Situasi ini menuntut tindakan dan kolaborasi yang mendesak di antara berbagai pihak untuk memastikan bahwa upaya masyarakat diakui dan didukung secara memadai.