MELEPAS SAHABAT KECIL KEMBALI KE RUMAHNYA
Oleh: Blandina Isabella Patty (ESD Officer WWF-Indonesia Progam Papua)
Kampung Sawendui di Distrik Raimbawi merupakan kampung yang terletak di bagian utara pesisir Kepulauan Yapen. Kampung dengan luas pesisir 35.000 m2 ini memiliki potensi alam dengan keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa. Persahabatan yang erat antara alam dan manusia sangat terasa di kampung ini. Ekosistem dan spesies yang ada di hutan maupun di laut tidak merasa terancam keberadaannya karena tidak ada tangan mausia yang berusaha untuk merusak atau melukai mereka.
Pesisir pantai Kampung Sawendui adalah salah satu lokasi persinggahan favorit berbagai jenis penyu, seperti penyu belimbing, penyu sisik, dan penyu lekang atau sering disebut penyu abu-abu. Penyu-penyu mendarat ke pantai pada waktu-waktu tertentu hanya untuk bertelur. Setelah bertelur, mereka kembali lagi ke habitatnya. Menurut masyarakat setempat,lokasi pendaratan penyu tak hanya ada di Kampung Sawendui saja, tetapi ada di sepanjang pantai utara Kepulauan Yapen, termasuk Kampung Barawai dan kampung lainnya. Namun, berdasarkan penghitungan, jumlah penyu yang mendarat di Kampung Sawendui lebih banyak dibanding jumlah penyu yang mendarat di kampung lainnya.
Rupanya, anak-anak di kampung ini sudah memiliki kesadaran untuk menjaga dan mengelola lingkungannya meski di kampung ini belum tersedia sekolah sebagai fasilitas pendidikan. Berawal dari kebiasaan sering mengikuti orangtua ke hutan atau ke pantai untuk mengawasi lokasi penangkaran penyu, anak-anak tersebut jadi termotivasi untuk membantu orangtua mereka menjaga dan mengelola potensi alam yang ada.
Melihat hal ini, Bapak Absalom Kurano sebagai kepala Kampung Sawendui memberikan pelajaran yang merupakan tugas dan tanggung jawab baru untuk anak-anak di Kampung Sawendui. Pelajaran tersebut jarang didapatkan anak-anak di kota maupun kampung lainnya, yaitu belajar melepas tukik kembali ke habitatnya. “Ini adalah tanggung jawab baru yang saya berikan kepada anak-anak anak di kampung,” jelas Bapak Absalom. Menurutnya, anak-anak tidak cukup hanya melihat aktivitas orangtua. Sekalipun masih anak-anak mereka pun harus dilibatkan dalam mengelola potensi alam yang mereka miliki.
Tugas pertama dilakukan pada Rabu (01/06) yang lalu. Sebuah pemandangan indah terlihat di pantai Kampung Sawendui. Cuaca cerah pada pagi hari dihiasi dengan awan-awan putih di langit yang seolah tersenyum pada anak-anak Kampung Sawendui, mengiringi tugas baru anak-anak itu. Ada sekitar 10 anak berusia 5-8 tahun yang turut ambil bagian. Raut wajah bangga akan apa yang mereka kerjakan begitu terlihat jelas. Setiap anak mendengar arahan yang diberikan kepala kampung. Sebuah garis sepanjang 2 meter di bibir pantai dibuat oleh Bapak Absalom sebagai garis start pelepasan tukik oleh anak-anak. Tukik yang dilepaskan kembali ke laut adalah tukik yang sudah keluar dari cangkang telur sekitar 3-4 hari. Biasanya, tukik yang baru menetas 1 hari tidak langsung dilepas ke habitatnya karena kondisi fisiknya yang masih sangat lemah. Tukik yang baru menetas juga belum bisa menggerakkan badan seutuhnya sehingga rawan bagi mereka jika langsung dilepas. Mereka masih harus dikarantina di penangkaran selama beberapa hari. Setelah itu, tukik akan dilepaskan kembali ke “rumah”nya.
Anak-anak yang bertugas pertama kali itu mengambil posisi dan berbaris rapi di belakang garis start. Mereka bersiap melepaskan tukik sambil mendengar arahan dan aba-aba dari Bapak Absalom. Pada saat berbaris di belakang garis start wajah mereka terlihat lebih serius, seolah-olah sedang bersiap-siap untuk lomba balapan tukik. Aba-aba pun dimulai oleh Bapak Absalom untuk melepaskan tukik kloter pertama. Pada hitungan ke-3, tukik-tukik mungil mulai dilepaskan perlahan ke pantai menuju laut. Setelah kloter pertama selesai, dilanjutkan dengan kloter berikutnya hingga selesai. Tukik-tukik mungil yang dilepas berjalan perlahan menuju garis pantai dan disambut oleh ombak-ombak kecil yang sekaligus menjemput mereka kembali habitatnya.
Raut kepuasan karena telah menyelesaikan tugas dengan misi yang mulia menghiasi wajah anak-anak di Kampung Sawendui. Bapak Absalom pun turut bangga dan puas atas upayanya memberikan pelajaran tentang lingkungan hidup kepada anak-anak di kampung. “Ini bukan yang pertama dan terakhir. Saya akan memberikan tugas ini rutin kepada anak-anak,” tutur Bapak Absalom. “Semoga dengan memberikan tanggung jawab ini kepada anak-anak di Kampung Sawendui, mereka akan punya rasa memiliki alamnya sendiri dan rasa tanggung jawab untuk melindungi, menjaga, dan mengelola apa yang mereka miliki tersebut,” harap Bapak Absalom.