PEMANTAUAN KESEHATAN TERUMBU KARANG DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
Oleh : Evi Nurul Ihsan – Monitoring and Surveillance Officer , WWF Indonesia
Bulan April lalu, WWF Indonesia site Teluk Cenderawasih melakukan pemantauan kesehatan terumbu karang bersama dengan para mitra Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) dan pengelola kawasan yaitu Balai Besar Taman nasonal Teluk Cenderawasih (BBTNTC). Sederhananya, pemantauan kesehatan karang ini bertujuan untuk menilai kinerja pengelolaan didalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang dikelola melalui sistem zonasi. Hasil pemantauan dapat mengukur seberapa jauh dan seberapa cepat kesehatan terumbu dan populasi ikan meningkat pasca penetapan dan diberlakukannya sistem zonasi dikawasan TNTC pada tahun 2009.
Pemantauan dilakukan di 29 titik didalam kawasan konservasi sedangkan 7 titik berada diluar kawasan. La hamid selaku POLHUT BBTNTC menyampaikan bahwa “sangat penting melakukan pemantauan di luar kawasan, karena kondisi kesehatan terumbu karang yang ditemukan diluar kawasan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pembanding sehingga kami bisa melihat efektivitas pengelolaan didalam kawasan TNTC. Apakah kita sudah cukup berhasil ataukah belum maksimal dalam melakukan pengelolaan didalam kawasan, khususnya mengenai pengelolaan terhadap ekosistem terumbu karang.”
Tim pemantau melakukan pencatatan terhadap populasi ikan. Hanya ikan-ikan tertentu saja yang dicatat seperti “key fisheries species” diantaranya famili Lutjanidae (kakap), Serrranidae (kerapu) dan hamulidae (bibir tebal) yang merupakan ikan target yang menjadi komoditas utama nelayan. Ikan-ikan ini yang memiliki nilai ekonomis baik untuk dimakan ataupun dijual. Selain itu terdapat juga kelompok ikan “functional fish groups” yang terdiri dari famili Acanthuridae (kulit pasir), Scarini (kakatua) dan Siganidae (baronang). Kelompok ikan ini berfungsi dalam proses kelentingan terumbu karang (Coral ressilience). Sebagai kelompok ikan yang mengkonsumsi alga yang dapat memberikan banyak ruang baru untuk karang dapat tumbuh. Tim pemantau juga mencatat tutupan susbtrat bentik seperti karang keras hidup, karang lunak, pecahan karang, batu, pasir dan biota lainnya.
Bleaching alert
Sebulan terakhir para peneliti dan pemerhati terumbu karang dibuat panik akan peringatan terhadap peningkatan suhu yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Peringatan yang dikeluarkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukan kenaikan suhu air laut yang cukup signfikan. Peringatan ini adalah kabar buruk bagi hewan karang. Kondisi suhu yang terlampau panas akan menyebabkan zooxanthellae (alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang) keluar dari koloni karang dan menyebabkan hewan karang mati secara perlahan karena tidak mendapatkan suplai makanan yang cukup yang biasanya didapatkan dari hasil fotosintesis zooxanthelae.
Berdasarkan peta yang dirilis oleh Coral Reef Watch - NOAA beberapa wilayah lokasi pemantauan dalam kawasan TNTC berada pada status warning dan alert level 1 meskipun pada sebagian wilayah lainnya blank data. Berdasarkan hasil survei cepat yang dilakukan pada saat pemantauan kesehatan terumbu karang, pemutihan karang yang terjadi di TNTC berada pada kondisi wajar dan tidak mengkhawatirkan. Hanya ditemukan pemutihan pada 1 atau 2 koloni pada setap sitenya.
Namun hal tersebut bukanlah berarti kawasan TNTC tanpa ancaman. Aktivitas bom didalam kawasan TNTC maupun aktivitas perikanan tangkap didalam zona inti juga masih marak terjadi. Perlu dilakukan pemantauan dan penagwasan yang rutin dan terpadu oleh pengelola dan para stakeholder yang memiliki kepentingan bersama didalam kawasan TNTC untuk tetap melestarikan dan menjaga keseimbangan alam yang ada.