RINGKULELE, AIR YANG TAK HENTI MENGALIR DI WAWONII
Oleh: Sasi (Universitas Halu Oleo)
Pulau Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan ini memiliki banyak cerita unik. Salah satunya, di Desa Langara Bajo, tempat kami mengambil data. Pak Mustamin, Ketua Adat Desa Langara Bajo, bercerita pada kami sambil menyeruput tehnya. Uniknya, beberapa dari cerita legenda yang dikisahkan, erat kaitannya dengan air, elemen penting dalam hidup manusia.
‘Langara’ sendiri berasal dari perpaduan Bahasa Wawonii dan Bahasa Muna. La berarti ‘kerongkongan’ dan ‘nggara’ yang berarti ‘kali’. Jika digabungkan, berarti “kerongkongan kali”. Dikisahkan, bermula dari tahun 1973, ada seorang perantau yang datang dari Pulau Buton dan Muna.
Mereka merasa kehausan dan mencari tempat untuk minum air. Pada saat mencari air untuk minum, sang perantau menemukan kali yang memiliki air, dan ia pun meminum air tersebut. Sehingga si perantau tersebut memberi nama desa tersebut sebagai Desa Langara.
Pulau Wawonii tidak mengenal kekeringan. Menurut legenda, pemandian Ringkulele-lah penyebabnya. Ringkulele adalah salah satu pemandian yang ada di Desa Langara Bajo, yang dijadikan sebagai objek wisata. Dahulu kala, gadis cantik berkulit putih bernama Ringkulele yang tak diketahui asalnya, meninggal dan dimakamkan di desa.
Setelah jasadnya menyatu dengan bumi, sumber air “Ringkulele” ini muncul. Karenanya, pemandian ini dinamakan “Ringkulele”, yang diambil dari nama gadis tersebut. Sampai saat ini, masyarakat Langara Bajo masih memanfaatkan air tawar dari pemandian Ringkulele untuk kebutuhan sehari-hari.
Berkat air dari pemandian Ringkulele, masyarakat setempat pun tidak kesulitan lagi untuk mencari air untuk minum maupun mencuci. Mereka menyambungkan pipa-pipa dari Ringkulele ke rumah-rumah warga setempat.
Ada kepercayaan unik dari pemandian Ringkulele. Ketika seseorang yang berkunjung ke pemandian Ringkulele dan orang tersebut hanya diam saja, maka air yang ada di pemandian Ringkulele ini akan berkurang atau tidak mengalir deras.
Tetapi ketika orang tersebut berbicara, maka air pun secara otomatis akan ikut mengalir deras. Orang Wawonii percaya bahwa hal ini ibarat seorang gadis, yang ketika diam maka gadis tersebut malu-malu, dan ketika gadis itu berbicara, maka berarti gadis itu terbuka.
Sedikit banyak, saya bisa menyimpulkan bahwa hidup memang harus seperti Ringkulele – terlepas dari apapun. Ketika wafat, kita meninggalkan manfaat.