SAMPAH PLASTIK? LET’S CRUSH IT!
Kami, tim magang dari Universitas Negeri Jakarta, beruntung dapat mengikuti perjalanan yang membuka wawasan kami mengenai pengelolaan sampah plastik di kota besar yang merupakan dampingan dari WWF-Indonesia. Bersama tim Plastic Smart Cities (PSC), kami mengunjungi berbagai mitra yang tersebar di Jakarta, Bogor dan Depok. Mulai dari Bank Sampah Unit hingga perusahaan besar seperti Waste4Change, Kibumi dan Konsorsium RECO. Perjalanan ini memberi kami pandangan baru tentang betapa pentingnya kerja sama dalam mencegah sampah plastik mencemari lingkungan.
Langkah pertama kami ke TPST Mutiara Bogor Raya, yang sedang bertransformasi menjadi Koperasi Takesi (Taman Kreasi Olah Sampah Terintegrasi). Di sini, kami belajar bagaimana mereka mengelola sampah rumah tangga menjadi produk bernilai, termasuk melalui bank sampah dan perkebunan organik. Koperasi Takesi ini bukan hanya menciptakan lingkungan sekitarnya yang lebih bersih tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi anggota-anggotanya. “wah dengan dibentuknya koperasi ini merupakan ide yang sangat bagus, TPST MBR ini bisa jadi inspirasi nih” ujar fahtia. Semangat mereka membuat kami semakin sadar bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten.
Selanjutnya, kami mengunjungi Bank Sampah Puspa Cindra Kana (PCK), yakni sebuah Bank Sampah Unit yang berlokasi di tengah pemukiman penduduk di area Sunter Jaya, Jakarta Utara. Bank sampah ini mengajak warganya untuk memilah sampah dari rumah hingga mengolah sampah rumah tangga menjadi berbagai produk unik, seperti eco enzyme, pot dari galon bekas, dan roster hijau dari sampah tak bernilai yakni Multilayer Plastic (MLP).
“Wah, keren banget ternyata banyak produk yang dihasilkan dari pengelolaan sampah!” seru Nadiyah yang saat itu berkunjung ke Bank Sampah PCK. Melihat kreativitas yang muncul dari limbah plastik membuat kami tersadar bahwa di tangan yang tepat, sampah bisa diubah menjadi karya yang berguna dan bahkan menginspirasi.
Terlebih pengurus bank sampah yang rata-rata merupakan ibu rumah tangga tetapi mempunyai komitmen yang kuat dan semangat membara layaknya anak muda, ternyata berpengaruh besar terhadap pengelolaan sampah terutama pada ranah bank sampah. Dan bukan hanya itu loh, para ibu-ibu pengurus juga berperan sebagai penggerak, motivator, serta aktor utama dalam aksi pengelolaan sampah terhadap bank sampah nya masing-masing.
Perjalanan kami berlanjut ke mitra lainnya yakni ADUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia), Kibumi dan UD Indah Plastik. Di Kibumi, kami mempelajari proses pengepresan plastik PET, terutama botol plastik bekas, menjadi bentuk padat yang siap didistribusikan. Tidak hanya itu, Kibumi juga memberi kesempatan kerja kepada ibu-ibu dan bapak-bapak di sekitar lingkungan mereka, menciptakan dampak sosial yang positif.
Di UD Indah Plastik, proses pengolahan plastik lebih lengkap. Mereka mengolah botol plastik menjadi serpihan kecil yang nantinya dapat dijadikan bahan baku untuk produk daur ulang. Melalui proses yang teliti, dari pemilahan, pembersihan, hingga penggilingan, kami menyaksikan bagaimana limbah yang dianggap tak berharga diubah menjadi bahan yang siap dipakai oleh industri.
"Wahh tenyata seru banget bisa lihat langsung proses daur ulangnya dari awal sampai akhir!" ujar Adinda setelah melihat langsung proses pengolahan plastik di UD Indah Plastik.
Sebagai langkah akhir minggu itu, kami mengunjungi Warehouse Waste4Change dan RECO, dua perusahaan yang bergerak di bidang daur ulang plastik. Di Waste4Change, kami belajar bagaimana plastik HDPE dan polietilen diolah menjadi bahan baku daur ulang. Proses ini merupakan bagian dari rantai pengelolaan sampah yang membantu mengurangi limbah plastik yang mengotori lingkungan.
Kunjungan terakhir kami adalah ke RECO, yang memiliki teknologi untuk mengubah plastik bekas menjadi pelet plastik, produk akhir yang siap digunakan oleh industri lain. “Ih keren banget bisa jadi bentuk kaya gitu!” seru Yoshi yang saat itu datang kunjungan. Dukungan teknologi modern dan tenaga kerja yang berdedikasi menjadikan RECO salah satu mitra PSC yang krusial dalam mencapai tujuan keberlanjutan.
"Setelah ikut kegiatan ini, aku jadi paham kalau pengelolaan sampah plastik itu penting banget. Melihat bagaimana mitra PSC mengubah limbah jadi barang berguna bikin aku sadar, kita semua bisa berkontribusi. Mulai dari hal kecil seperti memilah sampah di rumah, semua bisa jadi bagian dari solusi."ujar Fahtia, salah satu anggota magang yang ikut serta kegiatan tersebut.
Perjalanan ini membuka mata kami bahwa pengelolaan sampah plastik memerlukan kerja sama yang erat dari hulu ke hilir. WWF-Indonesia bersama para mitra-mitranya terus berkomitmen dan berkolaborasi untuk menghadirkan solusi nyata dalam penncegah sampah plastik terhadap pencemaran lingkungan. Sebagai individu, kita pun dapat berperan dalam upaya ini, mulai dari memilah sampah di rumah hingga mendukung inisiatif daur ulang. Dengan langkah-langkah kecil yang konsisten, kita bersama bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.