TUKMAIDA RAMBE, MAHOUT FLYING SQUAD : BANGGA MENJADI WANITA
Oleh: Antika Fardilla
Tukmaida Rambe, lahir di Simaninggir- Sumatera Utara 10 Agustus 1995, wanita muda ini merupakan mahout di tim Elephant Flying Squad WWF Indonesia. Awal Tukma masuk kedalam dunia yang tak biasa menurutnya di pertengahan tahun 2015 ia mendapat kabar tentang lowongan pekerjaan di Tim Flying Squad dari abang iparnya yang menetap di Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan.
Awalnya dia tidak terbayang sama sekali pekerjaan yang akan dihadapi. Lucunya, untuk meyakinkan Tukma abang iparnya mengatakan pekerjaan yang akan di hadapi sangat mudah seperti memelihara anak kambing, hanya perlu memandikan dan memberi makan gajah. Orang tua Tukma juga sempat melarang untuk bekerja, karena orang tua Tukma sangat takut dengan keselamatan Tukma untuk bekerja yang tentunya memiliki banyak resiko apabila tidak hati-hati.
“Kamu itu perempuan, bagaimana nanti jika kamu diinjak gajah?” tegas orang tua Tukma.
Pelan-pelan Tukma mulai merayu orang tuanya dan meyakinkan bahwa semua pekerjaan memiliki resiko, dan Tukma yakin bahwa pekerjaan ini nantinya akan memberikan pengalaman berharga baginya. Akhirnya orang tua Tukma melepas anak gadisnya untuk merantau dan bekerja di Lubuk Kembang Bunga, desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Tesso Nilo. Lebaran hari ketiga tahun lalu, Tukma segera mempersiapkan segala lamaran yang dibutuhkan, semangat Tukma untuk terpilih bekerja di Tim Flying Squad semakin besar. Ia sangat penasaran karena dari kecil dia belum pernah melihat gajah secara langsung, selama ini hanya melihat dari televisi dan gambar.
Seminggu kemudian Tukma dipanggil oleh WWF-indonesia Program Sumatra tengah untuk tes wawancara. Ia sempat pesimis diterima karena melihat dua orang pesaing yang sudah diwawancara terlebih dahulu. Setelah menunggu dengan penuh harapan, akhirnya Tukma kembali dipanggil dan melanjutkan ketahap berikutnya yaitu masa training/ pelatihan selama 3 bulan.
Masa-masa training adalah masa yang tidak bisa dilupakan oleh Tukma, banyak sekali kekonyolan yang dilakukannya karena ini merupakan pengalaman pertamanya menjadi Mahout (perawat gajah). Hal yang pertama yang sulit baginya adalah berjalan menggunakan sepatu boot, sehingga sering kali ia ingin membuka sepatunya di saat bekerja.
Tukma mulai dikenalkan dengan gajah-gajah Flying Squad dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya. Dengan tingkahnya yang polos, Tukma bersembunyi di belakang mahout senior lainnya dan sesekali melirik ke gajah-gajah Flying Squad. Ada enam gajah terlatih di tim Flying Squad kerjasama WWF, Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan Balai konservasi Sumber Daya Alam sebagai upaya untuk melakukan penanganan konflik manusia-gajah.
Belajar untuk naik gajah adalah hal yang sangat disukainya, walaupun sulit dia berusaha keras agar tetap berada dalam posisi seimbang di atas gajah dan dalam waktu sebulan Tukma sudah bisa mengendarai kendaraan yang luar biasa itu. Ia diberi kepercayaan untuk merawat Tesso, salah satu anak gajah Flying Squad yang kini berusia 9 tahun. Latihan berikutnya adalah melatih gajah seperti
memberikan perintah, bermain bola dan lain-lain. Tidak jarang Tukma bersenda gurau bersama gajah yang dirawatnya, mengusap-usap kepala dan memeluk Tesso.
Setelah melewati tiga bulan masa training yang dilewati dengan mulus, ia pun diberi kepercayaan penuh untuk merawat Tesso. Setiap pagi hari, Tukma mengambil Tesso dari tempat ia ditambatkan, membawanya mandi ke sungai, memandikannya dan mencari pakan alami untuk Tesso. Sore hari ia kembali memandikan Tesso.
Dua kali seminggu, Tukma dan Tesso ikut patroli menggunakan gajah bersama tim inti Flying Squad (4 ekor gajah dewasa terlatih dan 8 mahout). Tim ini, memantau tanda-tanda keberadaan gajah liar di sekitar kawasan untuk dapat diusir dan digiring ke dalam kawasan taman Nasional Tesso Nilo sehingga konflik manusia-gajah dapat diminimalkan.
Tukma sangat senang dengan pekerjaannya dan dia sangat ingin mengajak keluarganya berkenalan dengan gajah dan naik gajah. Ia ingin menunjukan pada keluarganya terutama ibunya bahwa dia bisa melakukan pekerjaan merawat gajah dengan baik.
Harapan Tukma berharap agar gajah selalu dijaga karena mereka adalah mahluk ciptaan Tuhan sama dengan manusia. Ia bermimpi suatu hari nanti gajah tidak lagi diburu atau dibunuh dan habitat mereka terjaga dengan baik sehingga dapat hidup dengan tentram.
Menjadi mahout wanita adalah pekerjaan istimewa karena tidak semua orang dapat melakukannya, perlu keberanian dan keteguhan hari untuk dapat menaklukan gajah, mamalia bertubuh bongsor tersebut. Tukma adalah sosok wanita hebat dan menginspirasi, karena walau pekerjaan ini cukup berat, dia selalu melakukannya dengan hati yang senang.