ASAH OTAK SEBELUM TERJUN KE LAUT!
Oleh: Siti Yasmina Enita
Setelah persiapan panjang untuk kegiatan Ekspedisi Kei 2018. Tibalah hari dimana akhirnya saya bertemu dengan seluruh tim ekspedisi Kei dalam pembukaan dan workshop Ekspedisi Kei (19/10) di kantor WWF-Indonesia Langgur, Maluku Tenggara. Logo panda menyambut kedatangan kami di depan gerbang, ‘green office’ Langgur ini memiliki halaman cukup luas. “Kadang kalau sore kita main bulu tangkis di halaman” begitu kata Andreas Hero Ohoiulun yang akrab disapa Bang Hero, Project Leader Inner Banda Arc Sub-Seascape WWF-Indonesia.
Tim ekspedisi kei kali ini juga diramaikan oleh tujuh mahasiswa dari Fisheries Diving Club Institut Pertanian Bogor (FDC IPB), seorang blogger dan videographer @worldlifetravel Mas Bima, serta Om Ongky dari Dinas Perikanan Maluku Tenggara. Ekspedisi Kei kali ini juga bekerja sama dengan Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Maluku Tenggara, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dan Provinsi Maluku.
Kehangatan workshop juga dilengkapi dengan sambutan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup - Ir. Alexander Joko Wiyono, Perwakilan dari Badan Penelitian dan Pengembangan – Ibu Ola, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara – Pak Iwan dan perwakilan dari Dinas Provinsi Gugus Delapan. Dalam sambutan, setiap lembaga membagikan informasi kondisi perairan Pulau Kei, dari mulai kondisi sosial, ekonomi, perikanan hingga kondisi pariwisata di Pulau Kei saat ini.
“Sekarang saatnya kita melihat apasaja yang terjadi selama 3 tahun di perairan Kei Kecil setelah pengambilan data kesehatan terumbu karang tahun 2015. Baik maupun buruk, mari kita jadikan pembelajaran dan bahan evaluasi pengelolaan untuk kawasan selanjutnya” jelas Bang Hero.
Selama kegiatan workshop, pengetahuan tim ekspedisi juga diasah kembali terutama tentang pendataan ikan, benthik dan lamun. Meskipun saya adalah tim dokumenter, tapi materi dan fish and coral test selama workshop wajib diikuti oleh semua anggota tim. Materi yang disampaikan yaitu konsep analisa dampak pengelolaan kawasan konservasi, metode pengambilan data kesehatan terumbu karang, struktur karang (rugosity), data lamun dan panduan dokumentasi selama kegiatan ekspedisi.
Fish and coral test berlangsung enam kali selama workshop berlangsung. Tim Marine Science juga menyediakan test online yang dapat digunakan semua orang. Ini merupakan salah satu langkah mengurangi penggunaan kertas. Sehingga pada saat test dimulai, ruangan hening dan semua orang fokus menatap layar ponselnya hingga sautan “Yaa, waktu habis!” dari Bang Iki membuyarkan keheningan.
Materi yang paling seru bagi saya adalah materi estimasi ikan, karena itu menguji ketepatan estimasi mata kita untuk mengukur panjang ikan. Dari mulai posisi gambar ikannya normal hingga jungkir balik, dari yang tadinya saya gunakan jari untuk estimasi hingga akhirnya saya belajar percaya dengan estimasi visual.