BERJUANG MEMASTIKAN MASA DEPAN PENYU BELIMBING
Oleh: Hadi Ferdinandus dan Efraim Kambu
Meski bertelur adalah sebuah proses alamiah bagi satwa, ada kalanya mereka juga membutuhkan pertolongan saat bertelur. Hal itulah yang dilakukan oleh Tim Pemantauan Penyu WWF-Indonesia Program Papua. Pada malam hari ketika penyu bertelur, Tim Pemantauan Penyu bersiap sedia memberikan pertolongan.
Saat induk penyu naik ke pantai untuk bertelur, ada beberapa tahapan sebelum ia meletakkan telurnya. Salah satu tahapan tersebut adalah menggali pasir dengan menggunakan flipper (kaki penyu) belakangnya. Tapi sayangnya, tidak semua flipper induk penyu ada dalam kondisi utuh atau normal. Bahkan seringkali ditemukan dalam kondisi cacat. Ketika flipper penyu yang cacat tersebut digunakan untuk menggali sarang, maka bentuk maupun kedalaman sarang yang digali akan tidak normal. Akibatnya, telur dapat dengan mudah digali dan dimakan oleh predator.
Dalam situasi tersebut, tim pemantauan yang sedang bertugas akan langsung membantu induk penyu dalam melakukan penggalian pasir. Dengan menggunakan tangan, secara hati-hati dan perlahan, anggota tim menggali dari bagian belakang sehingga seolah-olah penyu tersebut yang menggali sarang. Seringkali juga walaupun flipper belakang normal, kondisi pasir yang mudah runtuh dapat menutupi lubang yang telah digali. Tim pemantauan dari WWF-Indonesia akan langsung membantu menggali pasir dalam lubang sarang tersebut sampai penyu bertelur. Apabila induk penyu bertelur di bawah batas air pasang, telur akan segera direlokasi ke tempat yang aman atau ke sarang yang disiapkan sampai telur tersebut menetas.
Penyu belimbing yang gagal meletakkan sarang akan kembali lagi untuk bertelur di tempat lain. Besar kemungkinan penyu tersebut kembali dan bertelur di bawah air laut pasang atau sarang telurnya terlalu dangkal sehingga dapat dimakan predator. Karena itulah, tim pemantauan yang bertugas untuk menjaga dan melindungi telur penyu berjuang memastikan keamanan telur penyu hingga menetas.
Perjuangan Tim Pemantauan Penyu membuahkan hasil positif. Sejak pertengahan Desember 2015 hingga April 2016, WWF-Indonesia kembali melakukan kegiatan monitoring di Pantai Jeen Syuab (Pantai Warmon). Berkoordinasi dengan UPTD Konservasi Taman Pesisir Jeen Womom, Dinas Kelautan dan Perikanan Tambrauw serta masyarakat Kampung Wau, kegiatan monitoring penyu dilakukan dengan melibatkan enam masyarakat lokal sebagai tenaga pemantau penyu.
Kegiatan pemantauan ini telah berhasil meredam kebiasaan pengambilan telur penyu oleh masyarakat lokal. Dari hasil kegiatan relokasi sarang penyu oleh staf WWF-Indonesia yang dibantu masyarakat lokal, tercatat telah berhasil menyelamatkan 610 ekor tukik penyu belimbing ke laut dari 17 sarang. Angka ini akan terus bertambah seiring dengan kegiatan relokasi yang terus dilakukan di habitat peneluran Pantai Jeen Syuab. Memasuki musim peneluran penyu pada bulan Juni – Juli mendatang, dengan diperkuatnya UPTD TP Jeen Womom dan kehadiran WWF-Indonesia, diharapkan jumlah tukik yang diselamatkan akan semakin banyak