KEMBALI SETELAH 3 TAHUN
Oleh: Amkieltiela (Lead Science, Benthic Data Collector/Marine Science and Knowledge Management Officer-WWF-Indonesia)
Saya selalu senang ketika menjelang ekspedisi. Selalu ada hal baru dari mulai persiapan, saat pengambilan data, dan termasuk setelahnya. Selain untuk melakukan pengumpulan data, ekspedisi juga menjadi wadah untuk berkenalan dengan teman baru dan juga bertemu dengan teman lama.
Hal ini karena ekspedisi yang kami jalankan selalu melibatkan mitra dari sektor pemerintah, akademisi dan juga LSM. Untuk Ekspedisi Kei Kecil 2018 ini, kami didukung oleh Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara, LIPI, PSDKP, Politeknik Negeri Tual, dan juga FDC-IPB.
Kembali ke tahun 2015 dimana Ekspedisi Kei Kecil pertama kali dilakukan, tujuannya untuk mengumpulkan data dasar (baseline) sebagai bahan acuan kegiatan pemantauan selanjutnya. Data dasar ini juga berfungsi untuk melihat efektifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan (KKP) terhadap kesehatan terumbu karang.
Akhirnya saya berkesempatan datang kembali ke Kepulauan Kei. Kali ini tujuan kami untuk mengumpulkan data repitisi pertama (T1). Harapannya adalah dengan terus melakukan pemantauan berkala 3 tahun, maka akan didapat gambaran yang lebih akurat dari upaya konservasi yang dilakukan. Hasil analisanya juga dapat memberikan rekomendasi untuk pengelola dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan.
Sangat terasa perbedaan suasana ekspedisi kali ini dari 3 tahun sebelumnya. Di tahun 2015, kami menjadikan pasir panjang sebagai basecamp kami, dimana sinyal hanya bisa ditemukan di satu titik di sudut kanan meja makan.
Bergerak sedikit saja atau ada teman dengan ponsel yang dapat menerima sinyal lebih baik, maka hilang sudah sinyal di ponsel saya. Sinyal yang didapat pun hanya sinyal telepon, tidak ada sinyal internet disana. Sekarang di Resort Ohoimel-Ohoiilir, sinyal cukup mudah didapat, meskipun lokasi basecamp kami lebih jauh dibandingkan di pasir panjang.
Ekspedisi kali ini juga memberikan kesan yang tidak terlupakan. Semua bermula karena adanya isu penculikan anak dan pemotongan organ yang dilakukan oleh oknum bercadar di Kei Kecil. Isu ini membuat masyarakat sangat tegang jika melihat orang baru.
Akibatnya, kami disandera oleh masyarakat karena melihat saya menggunakan baju serba hitam. Ditambah saat itu saya menggunakan buff yang menutupi hidung hingga leher, kacamata hitam, dan topi. Padalah maksudnya agar tidak langsung terpapar oleh sinar matahari. Semua kesalahpahaman akhirnya sudah diluruskan kembali dan kami pun disambut dengan hangat oleh masyarakat.