MARI MENGENAL ALAT TANGKAP TUNA DI SENDANG BIRU
Oleh: Zainul Arifin (Capture Fisheries Assistant For Tuna Fisherman Community Engagement WWF-Indonesia)
Sendang biru yang dikenal sebagai daerah penghasil tuna handline terbaik di Indonesia berada di ujung selatan Kabupaten Malang. Bukan kali pertama WWF-Indonesia melakukan kunjungan ke lokasi yang tersohor akan potensi tunanya tersebut. Pada tanggal 14-15 April lalu dalam rangka pencatatan kapal sekoci dalam melakukan bongkar hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondodkdadap, Sendang Biru, saya yang mewakili WWF-Indonesia kembali datang berkunjung. Dengan tujuan untuk mengenal alat tangkap tuna di Sendang Biru, saya mencari tahu dengan mewawancarai nelayan sekoci di sekitar dermaga.
Sebenarnya, wawancara mengenai alat tangkap tuna saya lakukan secara spontanitas. Melihat para awak kapal mempersiapkan alat tangkap sebelum melaut merupakan suatu hal yang menarik. Ada dua point penting kegiatan yang dilakukan WWF-Indonesia di wilayah Sendang Biru, yaitu mengambil kebutuhan data pendukung untuk memperkuat analisa menuju pengelolaan tuna berbasis rumpon pada alat tangkap pancing ulur ini terutama pada kapal sekoci dan menanamkan ide dan pemahaman di rantai uji mengenai usulan kuota berbasis rumpon dan hasil tangkapan.
Banyaknya Alat Tangkap Tuna Sendang Biru
Kala itu, pada 14 April lalu sama seperti rutinitas sebelumnya di Sendang Biru, saya bergegas ke dermaga untuk melakukan pencatatan. Tidak banyak barang bawaan saya, hanya berkas pertanyaan untuk nelayan sekoci yang sedang mempersiapkan alat tangkap di samping kapal yang baru saja melakukan bongkar hasil tangkapan. Banyak hal yang ingin saya tanyakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada penelitian tuna kali ini. Tanpa ragu saya datang menghampiri para nelayan dan melakukan wawancara.
Pak Suratin, Satpam Koperasi Unit Desa (KUD) Sendang Biru, mempersilahkan saya untuk naik ke atas Kapal Sinar Jaya 05 untuk bertemu Pak Rusdy, nahkoda kapal, dan awak kapal lainnya termasuk Pak Darwis. Selama di atas kapal kami berdiskusi mengenai pancing ulur (handline) yang digunakan dalam menangkap tuna. Suasana diskusi pun terasa santai dengan diselingi oleh canda tawa bersama para awak kapal hingga akhirnya saya pamit pulang untuk menyusun hasil diskusi singkat dari hasil bongkar kapal.
Keinginan saya untuk mengenal alat tangkap tuna di Sendang Biru mengantarkan saya pada pertemuan berikutnya. Esoknya saya berencana untuk mengunjungi nelayan sekoci di tempat yang sama, namun di perjalanan Pak Darwis, menawarkan saya untuk melanjutkan diskusi kemarin di rumahnya. Dengan senang hati saya pun menerimanya.
Dari pemaparan Pak Darwis, diketahui ada delapan bentuk dan nama alat tangkap tuna yang digunakan di Sendang Biru, yaitu
- Pancing Rinta, digunakan malam hari dengan menggunakan lampu, digerakkan naik turun untuk mendapatkan ikan baby tuna dan Ikan Terbang.
- Pancing Tabir, Pancing ini hampir sama dengan Pancing Rinta. Hanya digunakan pada pagi hari untuk menangkap baby tuna, cakalang, tongkol dan ikan kecil.
- Pasesek Pagi, digunakan untuk menangkap baby tuna, cakalang, tongkol dan ikan kecil yang akan digunakan sebagai umpan ikan hidup dalam menangkap tuna besar.
- Pasesek Blereng, digunakan untuk menangkap tuna besar seperti Yellowfin Tuna dan ikan marlin.
- Batuan Pegang, digunakan untuk menangkap ikan besar seperti Yellowfin Tuna ataupun Albacor beserta ikan marlin.
- Batuan, sama seperti batuan pegang, namun tidak menutup kemungkinan menangkap ikan kecil.
- Batuan Tomba, juga digunakan untuk menangkap ikan besar seperti Yellowfin Tuna ataupun Albacor beserta ikan marlin, namun tetap dapat menangkap ikan kecil.
- Tonda-Tonda, pancing digunakan selama kapal berjalan digunakan sebagai umpun hidup ataupun untuk mendapatkan baby tuna, cakalang serta tongkol.
Kedelapannya itu memiliki spesifikasi dan cara penggunaan yang berbeda. Beragam bentuk dan kegunaan alat tangkap tuna menambah pengetahuan saya tentang praktik perikanan di Sendang Biru. Dan masih banyak inovasi lain baik dari segi umpan maupun bentuk alat tangkap tergantung dari kebiasaan nelayan dan asal mereka. Harapannya, praktik perikanan di Sendang Biru tetap ramah lingkungan yang diperkuat dengan kepatuhan nelayan pada peraturan yang ada agar harmonisasi ekologi dapat tercipta.