MEMBUKA EKSPEDISI DI TELUK KENDARI
Oleh: Nisa Syahidah (WWF-Indonesia)
“Selamat datang di Menami,” sambut Om Jan (WWF-Indonesia) kepada satu per satu peserta yang bergiliran tiba, termasuk saya yang masuk kapal kemarin sore. Pagi itu, panas Kota Kendari sampai pada jarak 150 meter dari Pelabuhan Ferry Wawonii di Teluk Kendari, tempat Kapal Menami melabuhkan diri sejak 3 hari lalu berlayar dari Wakatobi.
Cat putih kapal milik WWF-Indonesia ini mengkilap terkena matahari. Floating Ranger Station (FRS) Menami adalah rumah apung bagi para peserta #XPDCSULTRA selama hampir dua minggu ke depan. Tidak akan sulit untuk menganggap Menami sebagai rumah. Kasur busa bertumpuk di sudut kapal; kamar tidur dan ruang makan yang dilengkapi AC; anjungan yang cukup luas; dan akses mudah mengamati terbit dan terbenam matahari di lantai dua.
“Kita akan banyak bersama dalam jangka waktu yang lama,” buka Mbak Novia Ngesti (WWF-Indonesia) kepada dua puluh pasang mata kami yang menyimak. “Jadi, mari bekerja sama untuk suksesnya ekspedisi ini,” sambungnya.
Berkumpul hari itu, teman-teman dari berbagai instansi dan mitra WWF-Indonesia, tersebar dari barat sampai timur Indonesia. Ini juga yang sempat ditekankan Pak Sugiyanta, Project Leader kami di kawasan Southern Eastern Sulawesi Sub-seascape (SESS) saat resmi membuka #XPDCSULTRA dari lantai dua Kapal Menami, “Keragaman latar belakang yang menguatkan, bukan malah memisahkan.”
Teman-teman WWF-Indonesia dari berbagai program mulai dari Jakarta hingga Papua; segenap kedinasan lokal; akademisi dari universitas; yayasan mitra; menjadi rekan kerja untuk tercapainya tujuan ekspedisi: data awal status ekosistem terumbu karang, profil perikanan, dan sebaran spesies penting di kawasan perairan Sulawesi Tenggara.
Hari ini, kami berfoto bersama – sebelum warna-warna kulit menggelap dalam 12 hari berikutnya.