PEMETAAN KOMODITAS UNGGULAN PERKEBUNAN INDONESIA OLEH WWF-INDONESIA DAN MITRA
Komoditas perkebunan adalah salah satu kontributor penting yang berpengaruh pada pendapatan dan devisa negara Indonesia. Nilai ekspor perkebunan pada periode 2022/2023 mencapai 42,03 miliar USD, serta terjadi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perkebunan 2022 sebesar 1,64%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag), mengungkap bahwa empat dari sepuluh komoditas ekspor unggulan Indonesia berasal dari sektor perkebunan, yakni kopi, kelapa sawit, kakao dan karet. Keempat komoditas ini memiliki luasan kebun masif, yakni diatas 1 juta ha. Meski begitu, hingga kini hanya kelapa sawit yang data spasialnya tersedia dan telah diresmikan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 833 pada tahun 2019. Tiga komoditas lainnya yaitu kakao, karet, dan kopi datanya masih berupa data tabulasi.
Fakta terkait pentingnya peran perkebunan di Indonesia yang dan juga situasi perkembangan pemetaan perkebunan di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan, WWF-Indonesia dan beberapa lembaga Civil Society Organization percaya bahwa pengembangan sistem pemetaan sangat diperlukan. Hal ini lah yang kemudian melatar belakangi kegiatan riset pemetaan komoditas yang memanfaatkan beberapa metode.
Gambar 1. Focus group discussion penyusunan metodologi pemetaan komoditas perkebunan
WWF Indonesia berkolaborasi dengan Mitra Geotama Indonesia (MGI) dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan studi pemetaan komoditas unggulan perkebunan kakao, karet, kelapa sawit dan kopi. Rangkaian kegiatan ini dimulai dengan focus group discussion (FGD) yang diselenggarakan pada awal tahun 2024 di Yogyakarta. FGD ini bertujuan menghimpun sebanyak mungkin pendapat ahli, praktisi, dan referensi terkait mengenai metodologi pemetaan komoditas, dan memperkuat basis pengetahuan serta memberi masukan bagi rencana pemetaan komoditas yang akan dilakukan. Narasumber yang terlibat dalam kegiatan yakni Prof. Projo Danoedoro dari Fakultas Geografi UGM, Dr. Masita Dwi Mandini Manessa dari Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), dan Dr. Yudhi Setiawan dari Fakultas `Kehutanan IPB University. Peserta lain yang mengikuti FGD secara daring diantaranya adalah perwakilan akademisi, lembaga pemerintah, kelompok masyarakat sipil/mitra pembangunan, dan asosiasi pengusaha perkebunan.
Proses pemetaan komoditas perkebunan sendiri memakan waktu kurang lebih 11 bulan dan hasil dari pemetaan dibagikan dalam sebuah kegiatan diseminasi dan konsutasi publik pada Desember 2024. Di dalam kegiatan yang terlaksana melalui kolaborasi dengan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) ini hasil pemetaan 3 komoditas perkebunan diinformasikan kepada 69 peserta yang berasal dari instansi lembaga pemerintah, akademisi, CSO mitra pembangunan dan asosiasi pengusaha. Forum ini juga menjadi sarana untuk mendiskusikan tanggapan dan saran dalam upaya penyempurnaan hasil studi serta tindak lanjutnya.
Paparan dalam acara ini diawali oleh Yudhistira Nurtheisa yang menyampaikan materi mengenai metodologi pemetaan, gambar wilayah yang dipetakan disertai kenampakan citra satelit dari komoditas yang dipetakan dan ragam tantangan dalam pemetaan komoditas yang dapat terselesaikan. Dari WWF-Indonesia, Adhitya Adhyaksa selaku Sustainable Palm Oil Specialist turut menyampaikan mengenai analisis lanjutan data komoditas perkebunan dan peluang pemanfaatan data komoditas yang telah dipetakan, baik sebagai rujukan awal terkait sebaran, penunjang peningkatan produktivitas, percepatan pendampingan eSTDB dan analisis relevan lainnya yang memerlukan data spasial. Selain pemateri, WWF-Indonesia juga mengundang para penanggap dengan beberapa latar, diantaranya penanggap dari sisi teknis dan ilmiah Prof. Projo Danoedoro dari UGM, dari sisi pemerintah hadir Direktorat Jenderal Kementrian Pertanian yang diwakili oleh Harris Siregar dan dari sisi asosiasi perusahaan perkebunan hadir Insan Syafaat dari PISAgro.
Gambar 2. Proses diseminasi dan konsultasi publik hasil studi pemetaan komoditas
Gambar 3. Diseminasi dan konsultasi publik hasil studi pemetaan komoditas perkebunan
Dalam upaya penerapan praktik keberlanjutan pada sektor perkebunan, termasuk perkebunan sawit, pemetaan komoditas adalah langkah dasar yang sangat bermanfaat. Khususnya untuk kelapa sawit, data spasial yang dihasilkan dapat mendukung program Sertifikasi Sustainable Palm Oil (ISPO), peremajaan sawit rakyat, Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) hingga perlindungan terhadap keanekaragaman hayati di area sekitar perkebunan. Program-program ini memastikan perkebunan tidak memberikan dampak buruk bagi alam dan manusia. Oleh karena itu, semakin banyak pihak yang melakukan kegiatan pemetaan akan semakin memperkaya referensi data, meningkatkan potensi kolaborasi dan rekonsiliasi data dalam rangka melengkapi data dasar sebaran komoditas perkebunan Indonesia, memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh, serta mendukung perkebunan yang berkelanjutan dalam setiap sektor.