SULAWESI TENGGARA AWALI PERBAIKAN PERIKANAN TUNA TANGKAPAN PUKAT CINCIN
"Oleh: Sarawasti Adityarini (Capture Fisheries Officer for Tuna, Skipjack and Tuna Like Commodities, WWF-Indonesia)
Tahukah kamu? Salah satu alat penangkap ikan primadona nelayan Sulawesi Tenggara adalah pukat cincin (purse seine). Cara kerja pukat cincin adalah melingkari suatu area gerombolan ikan dengan jaring. Selanjutnya, jaring bagian bawah dikerucutkan sehingga ikan-ikan terkumpul di kantong. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis, yaitu cakalang, tongkol, laying, dan baby tuna.
Perikanan menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine) telah dipraktikkan di Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 1974. Hasil perikanan dengan alat tangkap pukat cincin mendominasi produksi tangkapan nelayan di Kendari, yaitu sekitar 83,94% 1).
Mengingat tingginya kontribusi sektor pukat cincin pada produksi perikanan di Sulawesi Tenggara, penting untuk membangun pengelolaan perikanan dengan alat tangkap ini di Sulawesi Tenggara sebagai langkah untuk mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Sejak 2011, di berbagai lokasi perairan Indonesia telah dikembangkan program perbaikan perikanan tuna, sehingga Provinsi Sulawesi Tenggara pun tergerak menjadi inisiator untuk turut mendukung program perikanan tuna nasional.
Salah satunya dilakukan oleh PT Pahala Bahari Nusantara (PT PBN), perusahaan eksportir tuna yang bergerak dalam bisnis pengolahan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) menjadi produk olahan. Salah satunya adalah tuna loin, yang dipasarkan hingga Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Amerika.
PT PBN bergabung dalam skema kerja sama Seafood Savers, inisiatif WWF-Indonesia yang mewadahi pelaku industri perikanan untuk mewujudkan perikanan berkelanjutan melalui program perbaikan perikanan untuk mendapatkan sertifikasi ekolabel Marine Stewardship Council (MSC).
Menjadi anggota Seafood Savers adalah langkah perusahaan mendukung perbaikan pengelolaan perikanan tuna di Kendari sebagai lokasi supply chain PT PBN. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan yang memprioritaskan aspek kepedulian lingkungan dan keberlanjutan.
Sebagai bentuk komitmen anggota Seafood Savers, PT Pahala Bahari Nusantara mengikuti program perbaikan perikanan yang mewajibkan perusahaan menjalankan Program Perbaikan Perikanan atau Fisheries Improvement Program (FIP) Tuna di Kendari.
Langkah Awal: Diseminasi Program Perbaikan Pengelolaan Perikanan Pukat Cincin Tuna
Diseminasi Program Perbaikan Pengelolaan Perikanan Purse Seine Tuna (17/07/2018) di Kendari dengan dihadiri oleh berbagai lintas sektor yang ada baik di kota maupun provinsi Sulawesi Tenggara serta perwakilan nelayan purse seine di Kendari. Kegiatan tersebut merupakan komitmen awal dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mendukung program perbaikan perikanan tuna pada alat tangkap purse seine yang berkontribusi terhadap program perikanan tuna secara nasional.
“Sertifikasi ekolabel untuk produk perikanan memberikanan kesempatan yang baik karena untuk mendapat pengakuan bahwa produk tuna dari Kendari diperoleh dengan cara ramah lingkungan,” tegas Tri Kusna, A.Pi, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tenggara. “Sertifikasi penting karena meningktakan kestabilan nelayan bukan semata-mata untuk masalah konservasi saja tapi memberi manfaat untuk nelayan terutama nelayan purse seine,” lanjut ia.
“Melalui implementasi penilaian FIP, akan dipetakan hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan, barulah dimulai langkah besar untuk perbaikan perikanan – bersama-sama,” ungkap Pak Heri, PT Pahala Bahari Nusantara. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk akan diadakannya kajian untuk menilai kondisi perikanan purse seine tuna di Kendari.
Mempersiapkan Nelayan Skala Kecil, untuk Perbaikan Perikanan Berdampak Besar
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (PP Nomor 24 Tahun 2018) mengatur sistem Online Single Submission (OSS). “Kini, ada ketentuan terbaru terkait Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,” ungkap salah satu peserta perwakilan dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu, Arief Rahman.
“Kesiapan untuk setiap instansi dan pihak terutama para nelayan tentunya nekayan skala kecil untuk mampu menggunakan sistem terbaru ini menjadi kunci utama menjalanakan sistem ini,” lanjut ia.
Pekerjaan rumah untuk perbaikan perikanan tuna memang tidak sedikit. Namun, dapat dijalankan sedikit demi sedikit. Salah satunya melalui pertemuan selanjutnya, yang menyepakati Rencana Kerja Perbaikan Perikanan Purse Seine Tuna di Kendari.
*Data Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, 2017"