HASIL #XPDCALORFLOTIM: PECAHAN KARANG TERBANYAK DITEMUI DI ZONA PEMANFAATAN SAP SELAT PANTAR, ALOR
"Oleh: Amkieltiela (Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia)
Kesehatan ekosistem terumbu karang merupakan salah satu indikator efektivitas pengelolaan suatu kawasan konservasi yang perlu dilakukan rutin setiap 2-3 tahun sekali. Oleh karena itu, pada tanggal 23-29 Maret 2017, WWF-Indonesia mengadakan pengamatan kesehatan terumbu karang bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor, Universitas Muhammadiyah Kupang, UNICONSUFISH, dan Yayasan Reef Check Indonesia di perairan Suaka Alam Perairan Selat Pantar dan Laut Sekitarnya (SAP Selat Pantar).
Pada 16 Juni 2015, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Alor seluas 276.693,38 hektar resmi ditetapkan dengan nama Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya, melalui KEPMEN KP No.35/2015.
Pada tahun 2014, WWF-Indonesia bersama dengan sejumlah mitra telah melakukan pemantauan kesehatan ekosistem terumbu karang di SAP Selat Pantar dan SAP Flores Timur, untuk mengambil data dasar (baseline).
Pengamatan pada tahun 2017 ini mengumpulkan data repetisi (T1) setelah pengumpulan data dasar (baseline) pada tahun 2014.
Tim berhasil mengumpulkan data dari 42 titik yang tersebar di dalam dan di luar SAP Selat Pantar. Pengamatan ini dibalut dalam satu kegiatan besar bertajuk Ekspedisi Alor Flotim (#XPDCALORFLOTIM) yang diadakan dari tanggal 20 Maret hingga 6 April 2017.
Kondisi Ekosistem Terumbu Karang SAP Selat Pantar Masih Baik, Namun Pecahan Karang Ditemukan Tertinggi di Zona Pemanfaatan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang di dalam SAP Selat Pantar masih dalam keadaan baik, namun pecahan karang ditemukan tertinggi di zona pemanfaatan. Hal ini perlu menjadi perhatian, karena jika tidak segera ditindaklanjuti, maka area pecahan karang bisa meluas hingga ke zona larang tangkap.
Setelah tiga tahun, terlihat adanya peningkatan kelimpahan dan biomassa ikan di dalam dan di luar kawasan SAP Selat Pantar. Zona larang tangkap mampu menurunkan pecahan karang hingga 38% diikuti dengan peningkatan kelimpahan ikan karang. Namun lain halnya dengan kelompok ikan ekonomis penting (komersial) yang tetap stabil selama 3 tahun yang mungkin disebabkan oleh status pemanfaatan perikanan saat ini.
Untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, maka kami merekomendasikan peningkatan patroli dan penegakan hukum, memperluas sosialisasi aturan zonasi, serta penyusunan regulasi harvest control rule sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat sekitar.
Informasi lengkap terutama tentang metode dan hasil analisa dapat dibaca dalam laporan ini, sedangkan detil kegiatan dapat dilihat di www.wwf.or.id/xpdcalorflotim.
Baca Juga: Hasil XPDCALORFLOTIM: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Suaka Alam Perairan Flores Timur Meningkat
"