KAPUAS HULU JADI KAWASAN STRATEGIS TUJUAN EKOWISATA JANTUNG BORNEO
PUTUSSIBAU – Puluhan praktisi dan penggiat wisata nasional dan internasional – yang terdiri dari organisasi ekowisata, operator, agen perjalanan wisata, kelompok komunitas, dan pemerintah – bertemu di Putussibau pada Jumat (16/9) untuk memperkuat jejaring dalam pengembangan, promosi dan pemasaran ekowisata, khususnya ekowisata di wilayah Jantung Borneo (Heart of Borneo - HoB).
Temu Jaringan Ekowisata Internasional yang akan berlangsung hingga Minggu (18/9) utamanya dilaksanakan di Kabupaten Kapuas Hulu. Rangkaian acara meliputi pembukaan dan pertemuan para pebisnis di Pontianak (15/9) termasuk kunjungan ke beberapa destinasi wisata kota, dimana para peserta diterima oleh Pemerintah Kota Pontianak, dilanjutkan workshop jaringan di Putussibau (16/9), serta diskusi dan kunjungan lapangan ke kawasan Danau Sentarum.
Danau Sentarum merupakan salah satu destinasi ekowisata percontohan yang sudah beroperasi di wilayah HoB, wilayah yang mencakup kawasan tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dan dikenal sebagai kawasan hutan hujan tropis tertua di dunia serta memegang peranan penting sebagai sumber kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Kapuas Hulu 2014-2034 juga meletakkan pengembangan pariwisata menjadi perhatian khusus.
Di dalam sambutan Bupati Kapuas Hulu yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah, Muhammad Sukri, disampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu berkomitmen untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu andalan pembangunan, salah satunya dengan menjadikan Danau Sentarum sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) pengembangan pariwisata sebagaimana termaktub dalam RTRWK Kapuas Hulu.
“Ekowisata, sebagaimana diketahui bersama, merupakan sebuah industri yang memanfaatkan keindahan bentang alam dan ekosistem di dalamnya untuk dinikmati, sekaligus dipelajari oleh wisatawan. Di sisi lain, ekowisata juga menekankan pada keterlibatan masyarakat sekitar, yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi langsung bagi mereka. Guna dapat memanfaatkan kawasan konservasi sebagai salah satu modal pembangunan daerah, namun tetap menjaga keutuhan kawasan, maka pengembangan ekowisata merupakan sebuah strategi pembangunan yang relevan,” tambah Muhammad Sukri.
Saat ini, pendekatan pariwisata terus berkembang. Ekowisata merupakan perwujudan dari konsep pariwisata berkelanjutan dengan prinsip ramah lingkungan, ramah masyarakat dan juga ramah wisatawan. Ekowisata telah berkembang sejak 20 tahun lalu dan terus berkembang di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat.
“Pengembangan pariwisata bertanggung jawab atau ekowisata merupakan sebuah pendekatan yang dianggap mampu menjaga kawasan HoB sebagai sumber kehidupan masyarakat, sekaligus sebagai modal dalam pengembangan ekonomi dan sosial mereka. Series workshop dan pertemuan yang intensif dilakukan selama ini – dan yang terbaru adalah Workshop on Green Eco-Tourism di Kalimantan Utara di awal Agustus 2016 – merupakan peletakan dasar untuk kita menuju program Tahun Kunjungan HoB 2018 yang akan diluncurkan pada saat pertemuan Trilateral ke-11 di Indonesia,” papar Manajer Program Kalimantan Barat, Albertus Tjiu.
Salah satu program prioritas nasional sampai dengan tahun 2019 adalah pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata. Kawasan Betung Kerihun, Danau Sentarum dan sekitarnya yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu, telah ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN).
Kabupaten Kapuas Hulu melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan dibantu oleh beberapa mitranya yaitu Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum, WWF-Indonesia, GIZ Forclime, dan KOMPAKH sejak tahun 2005 telah menginisiasi diri untuk menjadi daerah tujuan wisata, khususnya ekowisata. Sebagai kabupaten yang memiliki keanekaragaman hayati di kawasan hutan yang hampir separuh wilayahnya dan ditopang dengan setidaknya lebih dari 20 ragam budaya (Dayak dan Melayu Kapuas Hulu), Kapuas Hulu sangat layak untuk menjadi destinasi wisata. Posisi geografis Kabupaten Kapuas Hulu sebagai kawasan perbatasan negara dan provinsi, menjadikan peluangnya sebagai destinasi wisata menjadi semakin kuat.
Kegiatan yang dilakukan untuk memperkuat jaringan ekowisata di Jantung Borneo ini diikuti oleh 39 orang yang merupakan praktisi dan agen pariwisata nasional dan internasional. Untuk internasional diikuti oleh agen pariwisata dari Sabah, Sarawak dan Australia. Selain itu, kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa perwakilan pemerintah yang telah mengembangkan pariwisata secara intensif termasuk provinsi dan pusat.
“Pertemuan jaringan ini sebenarnya adalah agenda tahunan bagi kami para praktisi dan penggiat wisata di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat. Pertemuan ini sebagai media untuk memberikan gambaran utuh tentang potensi kepariwisataan Kapuas Hulu, sehingga dapat diperoleh masukan-masukan sesuai tren kepariwisataan masa kini untuk kemudian kami akan turut terlibat pula dalam promosi dan pemasaran produk ekowisata yang ada di Kabuapten Kapuas Hulu,” ujar Ketua ASITA Kalimantan Barat, Nugroho Henray Ekasaputra.
Dalam rangka mendukung implementasi pengembangan sektor kepariwisataan di Kabupaten Kapuas Hulu, kebutuhan penciptaan iklim pariwisata melalui peningkatan kesadaran dan kapasitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan sesuai daya tampung Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) melalui promosi dan jejaring pemasaran menjadi penting.
“Pertemuan jaringan ekowisata internasional ini merupakan upaya untuk lebih memperkenalkan potensi wisata Kapuas Hulu ke dunia luar, khususnya para praktisi pariwisata. Melalui pertemuan jaringan ini juga diharapkan akan adanya perbaikan dalam pengembangan pariwisata melalui input-input dari lokasi yang sudah maju serta semakin memperkuat jaringan pemasaran kepariwisataan Kapuas Hulu,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, Antonius, selaku Ketua Panitia dalam laporannya.
Kegiatan Temu Jaringan Ekowisata Internasional terselenggara atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Hulu, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum (TNBKDS), Yayasan WWF- Indonesia, Indonesian Ecotourism Network (Indecon), Komunitas Pariwisata Kapuas Hulu (KOMPAKH), TFCA Kalimantan, Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Kalbar, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, dan Pemerintah Kota Pontianak.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa menghubungi:
Nugroho Henray Ekasaputra | Ketua ASITA Kalbar
HP: +62 821 5954 0674 | Email: [email protected]
Hermas Rintik Maring | Environmental Services Coordinator, WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat
HP: +62 852 4545 0852 | Email: [email protected]