PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SAWENDUI BERSAMA KM. GURANO BINTANG
Oleh: Natalia Trita Agnika
Selama Ekspedisi Saireri WWF-Indonesia berlangsung, selain melakukan sensus sosial ekonomi, pengambilan data profil kampung, serta potensi sumber daya alam, tim ekspedisi juga melakukan kegiatan pendidikan lingkungan hidup. Biasanya, dalam kegiatan tersebut, anak-anak dari kampung akan naik ke KM. Gurano Bintang dan belajar di atas kapal. Namun tidak demikian halnya yang terjadi di Kampung Sawendui, Kabupaten Kepulauan Yapen pada Minggu (12/06) yang lalu. Karena kondisi alam yang tidak memungkinkan untuk bersandar, KM. Gurano Bintang harus berlabuh jauh dari kampung sehingga anak-anak tidak bisa naik ke atas kapal.
Tim ekspedisi pun memutuskan untuk melakukan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di kampung, tepatnya di bangunan rumah adat Kampung Sawendui yang terletak di pinggir pantai. Kampung ini tidak memiliki sekolah. Anak-anak yang bersekolah harus naik perahu ke sekolah yang berlokasi di daerah lain. Bahkan ada yang dititipkan selama satu minggu di daerah lain tersebut untuk bersekolah dan pulang ke Kampung Sawendui pada akhir pekan. Sayangnya, ada banyak anak yang tidak bersekolah di kampung ini. Tak heran, banyak yang belum mengenal warna, belum fasih membaca, bahkan belum pernah mewarnai.
Kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Kampung Sawendui dimulai dengan kegiatan mewarnai dan membaca buku tentang satwa khas Papua untuk anak kelas 3 SD ke atas. Sedangkan anak-anak yang masih kecil hingga kelas 2 SD diajak mewarnai gambar satwa laut dan burung kakatua. Untuk kelas dengan usia yang lebih kecil ini, tim outreach dari WWF-Indonesia terlebih dahulu memperkenalkan tentang macam-macam warna. Setelah itu, barulah mereka mulai mewarnai.
Tim outreach dari WWF-Indonesia berkolaborasi dengan para pejabat SKPD Kabupaten Kepulauan Yapen yang ikut dalam Ekspedisi Saireri juga mengajak anak-anak untuk bermain ular tangga raksasa di tepi pantai. Permainan ini sangat menarik perhatian anak-anak dan orangtua yang ada di sana. Terbagi dalam dua tim, masing-masing memiliki “pion” raksasa yang diwakili oleh kakak-kakak fasilitator dari tim outreach WWF-Indonesia. Anak-anak bertugas melempar dadu raksasa. Setiap kali melangkah ke sebuah kotak yang memiliki gambar tertentu, sang kakak harus menjelaskan tentang gambar tersebut. Misalnya ketika sang kakak fasilitator berhenti di gambar nelayan yang sedang mencari ikan dengan bom, ia akan menjelaskan dampak-dampak negatif dari aktivitas tersebut. Atau ketika berhenti pada kotak yang bergambar penyu di pantai, fasilitator akan menjelaskan tentang bagaimana penyu bertelur dan bagaimana cara untuk turut menjaganya. Gelak tawa tak henti-hentinya mewarnai permainan ini, terutama ketika salah satu kakak fasilitator harus turun ke kotak yang sama lima kali berturut-turut karena menginjak simbol ular.
Pemahaman tentang lingkungan hidup bagi anak-anak dan masyarakat Kampung Sawendui merupakan hal yang penting karena kampung ini menyimpan potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat besar. Kampung Sawendui memiliki area hutan yang menjadi tempat bermain bagi burung cendrawasih. Hutan-hutan di wilayah ini juga ditumbuhi berbagai pohon dengan nilai produksi tinggi. Selain itu, pantai berpasir di Sawendui menjadi tempat bertelur berbagai penyu, di antaranya penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu lekang.
Pendidikan lingkungan hidup di Kampung Sawendui ditutup dengan pembagian bubur kacang hijau untuk anak-anak. Harapannya, generasi penerus di kampung ini mendapatkan asupan gizi yang cukup supaya selalu sehat. Pada malam harinya, tim Ekspedisi Saireri mengadakan nonton film bersama di tepi pantai tentang lingkungan hidup.