KUNJUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KE BUMI PANDA
Oleh: Fina Belia (Volunteer Bumi Panda)
Rupanya Bumi Panda bukan hanya menjadi tempat tujuan bagi pelajar, mahasiswa, dan komunitas yang ada di daerah Bandung untuk menambah wawasan tentang lingkungan hidup. Pada Jumat (14/10) silam, sebanyak 60 mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengunjungi rumah informasi lingkungan hidup yang dikelola oleh WWF-Indonesia. Para mahasiswa tingkat dua jurusan Hubungan Internasional dari Yogyakarta tersebut memasukkan Bumi Panda dalam daftar kunjungan study tour ke Bandung untuk mengenal lebih dekat WWF-Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena materi terkait Non Governmental Organization (NGO) masuk dalam mata kuliah yang saat ini sedang mereka pelajari di kampus. WWF-Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu NGO terbesar di Indonesia terkait upaya konservasi lingkungan dan satwa langka di Indonesia.
Para mahasiswa didampingi oleh salah satu dosennya tiba di Bumi Panda pukul 12.30. Sebelum acara dimulai, mereka beristirahat terlebih dahulu untuk makan siang dan ibadah salat zuhur. Sayangnya, masih terlihat para mahasiswa menggunakan styrofoam sebagai wadah makan siang mereka. Hal ini kemudian menjadi poin penting yang disampaikan saat diskusi.
Acara dibuka dengan ucapan selamat datang dan pengenalan tentang WWF-Indonesia. Dalam pembukaannya, Sani Firmansyah sebagai Koordinator Bumi Panda mengingatkan para mahasiswa tentang penggunaan styrofoam. “Wadah styrofoam yang teman-teman gunakan berandil dalam pencemaran lingkungan karena tidak dapat diurai sama sekali. Dan sampai saat ini, pengelolaan terhadap sampah styrofoam itu masih kurang terkelola dengan baik dan lebih banyak dibuang langsung begitu saja. Saya ingin mengajak teman-teman untuk mulai mengurangi penggunaan styrofoam,” ujar Sani.
Dalam sesi pembukaan tersebut, Muhammad Takdir, dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengutarakan tujuan dari kunjungan mereka. “Dari kunjungan ini, kami ingin mempelajari mengenai WWF-Indonesia sendiri. Harapannya, kami dapat memulai gaya hidup ramah lingkungan, salah satunya mengurangi penggunaan kemasan styrofoam,” harapnya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dalam dua kelompok. Satu kelompok berada di experience room untuk membuat tas kain dari kaus bekas dan satu kelompok besar lainnya masuk ke water lab untuk menonton film “Sungai untuk Semua” dan melakukan pengamatan air.
Para mahasiswa yang membuat tas kain dari kaus bekas cukup antusias karena hal ini merupakan kali pertama mereka membuat tas kain sendiri. Tidak hanya membuat tas kain, mereka berinisiatif untuk menggambar dan mewarnai sendiri tas kainnya agar terlihat lebih menarik. Beberapa kelompok ada yang menggambar Panda yang merupakan logo WWF, ada yang menuliskan slogan “Save Our Earth” dan “Save Shark”. Ternyata, mereka sudah mengetahui WWF serta beberapa program yang pernah diusung oleh WWF seperti konservasi badak Jawa dan kampanye Earth Hour.
Kelompok yang masuk ke water lab mendapat penjelasan tentang upaya konservasi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dalam Program Pengembangan Air Tawar yang berlokasi di Rimbang Baling, Riau. Sebagai pengantar, peserta menonton film “Sungai untuk Semua” yang memperlihatkan kondisi Rimbang Baling di Riau. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan sebenarnya habitat beberapa spesies satwa yang dilindungi dan hal apa saja yang membuat kondisi lingkungan di sana semakin mengkhawatirkan, seperti dibukanya tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit yang semakin luas. “Masyarakat di Rimbang Baling memiliki kearifan lokal dimana mereka bertugas untuk bersama-sama menjaga keberadaan sungai tersebut. Hal ini terlihat dari budaya mereka untuk memanen ikan dari ‘Lubuk Larangan’ dimana semua masyarakat di Rimbang Baling hanya diizinkan memanen ikan pada momen tertentu saja dan hanya mengambil secukupnya untuk kebutuhan,” terang Sani.
Puncak dari kunjungan mahasiswa UMY tersebut adalah diskusi yang mengangkat tema “Beli Yang Baik”, sebuah kampanye besar yang dilakukan oleh WWF-Indonesia. Para mahasiswa diajak menonton video kampanye “Beli yang Baik” dan dilanjutkan dengan pengenalan produk-produk ramah lingkungan untuk menjadi konsumen yang bijak dalam memilih produk yang berasal dari alam. “Kita semua dapat membantu upaya konservasi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dengan membeli produk berlabel ramah lingkungan. Labelnya itu antara lain FSC untuk produk yang berasal dari kayu, RSPO untuk produk yang berasal dari minyak kelapa sawit, MSC dan ASC untuk makanan yang berasal dari laut,” ujar Dwi Widya Mutiara, volunteer Bumi Panda. Dwi juga menjelaskan bahwa penggunaan produk yang tidak ramah lingkungan, berarti kita turut berkontribusi dalam mengambil sumber daya alam secara tidak lestari, misalnya saja penggunaan tisu atau kertas yang berasal dari pohon yang ditebang tanpa melakukan penanaman kembali dan merusak habitat satwa yang tinggal di dalamnya.
Pertanyaan pun bermunculan dalam sesi diskusi, salah satunya muncul dari Dita, mahasiswa UMY. “Apa contoh upaya nyata yang telah dilakukan WWF-Indonesia (terkait perlindungan satwa –Red)?” tanyanya. Sani kemudian memaparkan salah satu upaya yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dalam perlindungan penyu. Di antaranya dengan memberikan edukasi kepada masyarakat serta melakukan berbagai pendekatan terkait upaya perlindungan penyu. Bentuk nyata lainnya adalah dengan menggalang donasi dari masyarakat melalui “Turtle Warrior”, “Sahabat Penyu”, dan “Turtle Hope” yang kemudian digunakan oleh tim WWF-Indonesia dalam monitoring penyu, meliputi pendataan penyu, predator control, dan relokasi telur penyu ke tempat yang lebih aman supaya dapat menetas dan kembali ke samudra.